Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan dan meminta para mubalig menjaga santri dan jamaahnya agar tidak sampai menyimpang dari ajaran Islam.

"Bahwa agama kita Islam, tidak mengajarkan seperti itu, tidak mengajarkan sesuatu dengan kekerasan, tidak ada," katanya dalam acara Halaqah Nasional Hubbul Wathon dan Deklarasi Gerakan Nasional Muballigh Bela Negara di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, Senin.

Islam, ia melanjutkan, justru mengajarkan umatnya bersikap lemah lembut, sopan santun, menghargai sesama, dan menghormati orang lain. "Saya kira itu yang diajarkan oleh Nabi besar kita kepada kita," katanya.

Oleh karena itu, ia menegaskan, menjadi kewajiban bersama khususnya bagi para mubalig untuk mengingatkan santri, jamaah, dan umatnya agar tidak menyimpang dari ajaran Islam.

"Inilah saya kira kewajiban kita bersama, para mubalig untuk mengingatkan pada santri-santrinya, untuk mengingatkan kepada jamaah-jamaahnya, mengingatkan juga umat-umatnya," katanya.

Presiden juga mengatakan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan beragam dan keberagaman itu bisa menimbulkan perpecahan jika tidak dikelola dengan baik.

Pada Minggu ledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya, menyebabkan setidaknya 13 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Pelaku peledakan bom itu satu keluarga, temasuk empat anak, yang menurut polisi punya kaitan dengan Jamaah Anshar Daulah-Jamaah Ansharut Tauhid yang merupakan pendukung utama ISIS.

Ledakan bom juga terjadi di satu rumah susun di Sidoarjo pada Minggu malam, dan Markas Polrestabes Surabaya pada Senin pagi.

Presiden sangat prihatin dengan serangan-serangan bom tersebut, yang beberapa di antaranya melibatkan anak-anak, dan mengajak semua pihak bersatu melawan terorisme.

 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018