Jakarta (ANTARA News) - Inflasi Lebaran 2018 di Juni yang sebesar 0,59 persen secara bulanan (month to month/mtm) menjadi terendah dibanding rata-rata inflasi periode sama dalam empat tahun terakhir yang sebesar 0,81 persen (mtm), kata Bank Indonesia di Jakarta, Senin.

Dibandingkan Mei 2018 yang mencatat inflasi 0,21 persen (mtm), sebenarnya tekanan harga di Juni meningkat karena melonjaknya permintaan pada momentum konsumsi tinggi Lebaran 2018. Hal itu terlihat dari tekanan kelompok harga barang bergejolak (volatile food) seperti daging ayam ras, cabai rawit, ikan segar, dan sayuran, serta juga kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices) seperti harga tiket angkutan udara dan angkutan antarkota.

"Inflasi `volatile food` tercatat sebesar 0,9 persen (mtm) Juni, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi `volatile food` Mei 2018 sebesar 0,19 persen (mtm). Sedangkan inflasi `administered prices` mencapai 1,38 persen (mtm) lebih tinggi dari Mei 2018 yang sebesar 0,27 persen (mtm)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman.

Sedangkan inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 0,24 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi inti Mei 2018 sebesar 0,21 persen (mtm). Penyebab kenaikan inflasi inti adalah komoditas sewa rumah dan nasi dengan lauk.

"Secara keseluruhan, inflasi Juni 2018 tetap terkendali atau berada dalam kisaran sasaran 3,5 persen plus minus satu persen (yoy)," ujar dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jika dibandingkan dengan inflasi Lebaran di empat tahun terakhir, pada Juli 2016, inflasi sebesar 0,69 persen (mtm). Kemudian pada Juni 2017, inflasi sebesar 0,69 persen (mtm).

Di Juli 2015, inflasi sebesar 0,93 persen, kemudian di Juli 2014, inflasi sebesar 0,93 persen.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018