Jakarta (ANTARA News) - Aktor Prancis Jim Adhi Limas akan menggelar ceramah dan pertunjukan teater dalam rangkaian Salihara International Performance-Arts Festival (SIPFest 2018)

Acara kerjasama antara Institut Prancis di Indonesia (IFI) dan Salihara itu berlangsung pada 11 dan 12 Agustus di Salihara Pasar Minggu Jakarta Selatan.
 
Jim Adhi Limas adalah seorang pendiri Studiklub Teater Bandung (STB) pada 1958. Sejak pertama pentas kelompok tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat terutama penikmat seni. 

Selama kurang lebih Sembilan tahun, STB telah mementaskan sedikitnya 29 lakon. Peran Jim menarik perhatian Pierre Labrousse, ilmuwan Prancis yang menawarkannya beasiswa Centre Regional Des Oeuvres Universitaires Prancis.
 
Pada 1967, ia berangkat ke Prancis untuk belajar seni peran di Comedie Francaise Conservatoire dan Unierversitaire Internationale du Theatre de Paris. Ia belajar teater dan akhirnya menjadi aktor yang menetap dan menjadi warga negara Prancis demi memudahkan pekerjaannya sebagai aktor yang sering tampil di luar negeri.
 
Di dunia teater ia pernah bermain sebagai Slima, pemeran utama dalam naskah Slimane ou l’homme-cailloun karya Jean Pelegri, orang Prancis asal Afrika Utara. Di dunia perfilman, ia pernah membintangi antara lain film Diva (1981), Bitter Moon (1992) dan Un amour de sorciere (1997).
 
Jim Adhi Limas belum pernah pulang hingga Desember 2017. Jim dalam keterangan pers dari IFI mengatakan, “Ada kerinduan pada Indonesia dan teman-teman saya yang ternyata sudah banyak yang telah tiada. Saya juga ingin membukakan kembali cerita tentang STB yang sebetulnya masih ada hingga sekarang.”
 
Dalam pentas-ceramah di Galeri Salihara pada 11 Agustus ia akan mengangkat kisah seputar awal pertumbuhan teater kontemporer di Indonesia dan berdirinya STB sebagai tonggak penting pertumbuhan teater kontemporer di Indonesia.
 
Pada 12 Agustus di Teater Saliharra, Jim Adhi Limas bersama Joind Bayunanda dan Wawan Sofwan akan mementaskan sketsa-sketsa pendek dari penulis Prancis Roland Dubillard (1923-2011) yang ia terjemahkan sendiri. 

Karya yang akan dibawakan oleh dua suara tersebut berisi tentang percakapan sehari-hari yang bersifat absurd. Dubillard sekadar mengutip dan melaporkan percakapan orang-orang biasa dalam urusan keseharian yang absurd. Ia menangkap dan menyampaikan pesan bahwa manusia pada dasarnya membuat dan menghabiskan waktu untuk yang bukan-bukan.

Baca juga: Mencari makna kehidupan dari Tarian Dervish

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018