Jakarta (ANTARA News) - Mantan Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI-Perjuangan TB Hasanuddin menjelaskan mengenai perkenalan politikus Partai Golkar Fayakhun Andriadi dan kader PDI-P Ali Fahmi alias Fahmi al Habsyi.
 
"Ketika Komisi I ada Rapat Dengar Pendapat (RDP) di gedung Bakamla (Badan Keamanan Laut) dan kami makan di satu ruangan, Fahmi Habsyi datang ke kami lalu saya kenalkan kepada yang makan di situ termasuk, betul mengenalkan Fahmi kepada Fayakhun," kata Hasanuddin dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu.
   
TB Hasanuddin hari ini bersaksi untuk terdakwa anggota Komisi I DPR non-aktif dari fraksi Partai Golkar Fayakhun Andriadi yang didakwa menerima suap 911.480 dolar AS dari Direktur PT Merial Esa Fahmi Darmawansyah untuk pengadaan satelit monitoring dan "drone" dalam anggaran Bakamla APBN Perubahan 2016.
   
Ali Fahmi alias Ali Habsyi alias Fahmi Habsyi alias onta adalah staf ahli di Bakamla yang juga politikus PDI-Perjuangan.
   
Dalam dakwaan, Ali Fahmi disebut menawarkan kepada Fahmi Darmawansyah untuk "main proyek" di Bakamla dan jika bersedia maka terdakwa harus mengikuti arahan Ali Fahmi supaya dapat menang dengan memberikan fee sebesar 15 persen dari nilai pengadaan. Fahmi Darmawansyah lalu memberikan 6 persen dari Rp400 miliar yaitu Rp24 miliar ke Ali Fahmi pada 1 Juli 2016 di hotel Ritz Carlton Kuningan.
   
"Sebelum dia datang ke tempat kami makan itu saya sudah ketemu dia hari itu juga di Bakamla. Saya kaget kan 2014 dia nyaleg dari PDIP dari daerah pemilihan Depok, dia katakan 'Kang saya sekarang staf khusus Bakamla', lalu saat dia datang ketika kami makan itu saya kenalkan termasuk ke Fayakhun," ungkap Hasanuddin.
   
Namun Hasanuddin mengaku tidak tahu apa tugas Ali Fahmi sebagai staf khusus karena dalam pertemuan itu mereka hanya membicarakan soal kekalahan Ali Fahmi di pemilihan legislatif dan tidak ada pembicaran khusus soal Bakamla.
   
Ia juga baru tahu ada perselisihan antara Ali Fahmi dengan Fayakhun dari media.
   
"Saya tahu dari media soal mereka, lalu saya simpulkan ooh ini antara Fahmi Habsy dan Pak Fayakhun, jauh hari sebelum masalah ini timbul Pak Fayakhun bertanya apakah Fahmi itu orang PDI-P? Saya jawab tidak, itu bukan orang saya. Saya waktu itu marah kepada Fahmi ketika menyatakan 'Kang saya mohon bantuan untuk APBN-P', saya katakan sesuai dengan proses yang berlaku saja, saya tidak tahu aturan, kamu jangan bawa-bawa saya, sejak itu dia tidak pernah hubungi saya lagi, entah marah entah apa," jelas Hasanuddin.
   
TB Hasanuddin juga membantah pernah membuat isyarat tangan ke Fayakhun saat pertemuan dengan Fahmi Habsyi dan memperkenalkan Fahmi Habsyi sebagai "onta".
 
"Saya terakhir ketemu Fahmi Habsyi sebelum rapat 9 Juni, jadi 7 Juni 2016 dan sejak itu saya tidak ada hubungan lagi karena saya marah dan jangan bawa-bawa saya," ungkap Hasanuddin.
 
Atas kesaksian Hasanuddin itu, Fayakhun pun membantahnya.
 
"RDP Bakamla tanggal 14 April 2016 ketika selesain kita pindah ke ruang makan mejanya bundar. Saat itu anda mengajak seseorang yang belum saya kenal dan dikenalkan ke saya lalu mengatakan panggil saja 'onta', kemudian mengatakan bahwa Ali Fahmi Habsyi adalah staf Kepala Bakamla dan minta 'tolong deh tukaran nomor HP dan selanjutnya koordinasi'," kata Fayakhun.
   
"Tidak, saya baru tahu istilah 'onta' dan saya bahkan terkekeh-kekeh dan memang benar ketika makan dia (Fahmi) datang," ungkap Hasanuddin.
 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018