Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavusoglu menekankan pentingnya pencegahan dan penyelesaian konflik secara damai, melalui penyelenggaraan dua konferensi internasional mengenai mediasi di Istanbul, pada 29-30 November 2018.

Konferensi pertama dikhususkan untuk pembangunan kapasitas anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), sementara konferensi kedua mendiskusikan hubungan antara pembangunan berkelanjutan, perdamaian dan mediasi, cara-cara untuk meningkatkan inklusi gender dan pemuda dalam proses mediasi, serta peran big data dan kecerdasan buatan dalam analisis konflik dan mediasi. 

"Konferensi Mediasi Istanbul telah terbukti cukup berpengaruh dalam mengembangkan pemahaman bersama tentang isu-isu dan agenda di bidang mediasi dan resolusi konflik yang damai," kata Menlu Çavusoglu di Jakarta, Jumat.

Sebagai tuan rumah dan satu-satunya negara yang bersama-sama mengepalai Friends of Mediation Groups di tiga organisasi internasional yang penting, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa, OKI serta Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), Turki dapat membagikan hasil dari kedua konferensi tersebut.

Faktanya adalah bahwa umat manusia menghadapi tantangan yang berbeda di abad ke-21. 

Gejalanya dapat dilihat dari perang dagang, bentuk-bentuk baru eksploitasi internasional, persaingan geopolitik, perang-perang proksi kekuatan besar, bangsa-bangsa yang hancur, terorisme, xenofobia, permusuhan terhadap Islam, serta ketidaksetaraan dan ketidakadilan

Berbagai tantangan tersebut menggerogoti pencapaian dan peluang kemanusiaan. 

Dalam hal ini, Turki memilih mengambil inisiatif untuk memperjuangkan kemanusiaan, salah satunya dengan menggunakan kekuatan untuk memerangi teroris.

Mengambil contoh situasi di Suriah, Turki telah membantu membebaskan total 4.000 kilometer persegi wilayah dari dua organisasi teroris yaitu Daesh dan PKK/PYD/YPG. 

"Seandainya kami tidak campur tangan, orang-orang kami akan terus menghadapi serangan dari para teroris dan solusi politik terhadap tragedi Suriah tidak akan bisa dicapai," kata Menlu Çavusoglu.

Ia mengatakan bahwa Turki melakukan yang terbaik untuk meringankan penderitaan kemanusiaan, menjadi tuan rumah bagi sejumlah besar pengungsi di seluruh dunia, dan mengalokasikan sejumlah besar anggaran untuk bantuan kemanusiaan. 

Turki juga menengahi perjanjian yang menyelamatkan puluhan bahkan ratusan ribu jiwa dan mempromosikan solusi politik berdasarkan integritas teritorial Suriah.

"Saya memberi contoh Suriah karena suatu alasan. Suriah menunjukkan kepada kita sekali lagi bahwa pencegahan itu penting karena sekali api konflik melanda suatu bangsa, maka satu-satunya hal yang masih dapat diprediksi adalah bahwa akan ada konsekuensi tak terduga pada negara itu," ujarnya.

Selain satu generasi akan terbuang dan masa depan yang suram, konflik berkepanjangan di Suriah juga akan mengakibatkan penderitaan pada negara atau wilayah yang berada ribuan kilometer jauhnya, baik dalam bentuk ancaman teroris, goncangan ekonomi, migrasi tidak teratur, atau hati nurani manusia yang terluka.

"Jika pencegahan dan penyelesaian konflik secara damai merupakan hal yang sangat penting, maka kita harus menanggapinya dengan serius. Sebagai ketua bersama PBB, OSCE, OKI, Turki mendorong program pelatihan mediasi melalui dua konferensi yang kami adakan di Istanbul minggu ini," katanya.

Baca juga: Turki promosikan kebijakan luar negeri aktif dan humanis

Baca juga: Ibu negara Turki kecam kekerasan terhadap perempuan

Baca juga: Indonesia tegaskan dukungan bagi penyelesaian konflik Suriah


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018