Jakarta (ANTARA News) - Lapisan ozon di Bumi akan makin kritis pada 10 hingga 20 tahun mendatang, menyusul kian meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca. "Untuk 10 hingga 20 tahun mendatang kondisi lapisan ozon di Bumi akan semakin kritis jika tidak ada satu pun tindakan yang merujuk pada Konvensi Wina tahun 1985, juga Protokol Montreal tahun 1987 serta berbagai amandemen dan penyesuaiannya," kata Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Michel Jarraud, dalam siaran persnya yang diterima oleh ANTARA di Jakarta, Selasa. Dikatakannya, berbagai gas buang, seperti "chlorofluorocarbons" (kloroforkarbon dan hidrokloroforkarbon) telah semakin memperburuk kondisi lapisan ozon di Bumi. "Ketika berbagai elemen gas di dalam ozon mulai meningkat, maka amat dibutuhkan cara yang penuh dengan kehati-hatian untuk melakukan perbaikan pada lapisan ozon itu. Berbagai perubahan pada iklim global memiliki banyak implikasi pada perbaikan lapisan ozon itu," kata Jarraud. Menurut dia, dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca pada lapisan atmosfir Bumi, maka lapisan ozon di daerah kutub-kutub Bumi akan semakin menyusut. "Padahal secara alamiah lapisan ozon dapat melindungi makhluk hidup di Bumi dari sinar ultraviolet (UV) yang dapat mengakibatkan kanker atau katarak," katanya. Secara faktual, emisi gas rumah kaca dapat semakin meningkatkan suhu pada permukaan Bumi, padahal dengan lapisan ozon itu lapisan atmosfer di Bumi dapat semakin diturunkan atau didinginkan. Hal tersebut kembali dipresentasikan oleh WMO dalam makalah yang menandai ulang tahun ke 20 dari badan resmi PBB yang dibentuk berdasarkan Protokol Montreal mengenai berbagai hal yang dapat mengurangi lapisan ozon itu. Pada tahun 2007 ini, lubang pada lapisan ozon di Antartika tampak lebih besar dibandingkan pada 2006 lalu yang merupakan lubang paling besar serta paling parah yang pernah dicatat. "Dalam beberapa minggu terakhir ini pertumbuhan dari lubang itu tampak sama seperti yang telah diamati pada 2006. Tetapi saat ini sangat dini untuk mengatakan seberapa besar lubang pada lapisan itu," tambah Jarraud. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007