Kotabaru (ANTARA) - Bumi Asih, satu dari sembilan desa di wilayah Kecamatan Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan kondisinya kini jauh berbeda dibanding beberapa tahun silam.

Hampir di setiap lini kehidupan masyarakat yang berpenghuni sekitar 600 kepala keluarga itu terjadi perubahan signifikan (untuk ukuran perdesaan).

Hasil pembangunan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, berupa infrastruktur seperti jalan, gedung desa, pasar, fasilitas publik lainya seperti embung, penerangan jalan, revitalisasi pertaninan dan perkebunan, perekonomian kerakyatan yang berbasis pemberdayaan.

Adalah Supardi (39), sang kepala desa 'kreatif' yang sejak dilantik memimpin masyarakat Desa Bumi Asih tiga tahun silam itu langsung 'tancap gas' bersama perangkat desa lainnya membuat terobosan dalam membangun desa mereka.

"Sebagai putra daerah, saya merasa terpanggil untuk memajukan Bumi Asih yang merupakan unit permukiman transmigrasi (UPT)/SP 5 yang dibangun sekitar 1985 itu menjadi desa yang makmur bagi warganya baik pembangunan, ekonomi, sosial budaya, SDM dan nilai keagamaan," ucap suami Riani Sri Hendaryanti ini memulai perbincangan.

Diakuinya, menjadikan Bumi Asih yang merupakan eks daerah Transmigrasi tahun 80an ini bisa sejajar dengan desa-desa definitif lain yang usianya lebih tua memang bukan pekerjaan mudah.

Tetapi dengan niat yang ikhlas dan semangat yang kuat merupakan modal awal yang bernilai tinggi sebagai sempurnanya ikhtiar.

Ayah dari Razka Pardhian dan Rizka Hayuningtiyas ini menurutkan, bersama aparatur desa lainnya, ia menetapkan sejumlah program kerja yang terbagi dalam skala prioritas dan non prioritas yang kesemuanya itu dalam rangka pemaksimalan anggaran pemerintah yang dialokasikan bagi setiap desa.

Namun dari sekian banyak program yang kami lakukan, Kades lulusan Madrasah Aliyah Negeri Kotabaru ini mengaku tidak hanya bersumber dari dana desa.

Tetapi juga melibatkan pihak lain (stakeholder) melalui program corporate sosial responsibility (CSR) yang wilayah usahanya di sekitar Desa Bumi Asih.

"Sedikitya 10 program kerja yang telah kami lakukan, diawali dari revitalisasi perkantoran dan gedung pelayanan bagi masyarakat yakni mengaktifkan kantor desa dan peran aktif aparatur desa," katanya.

Melalui program pertama ini, dimaksudkan adanya keterbukaan dalam informasi publik baik informasi APBDes ataupun informasi penting lainya.

Dengan program ini pemerintahan Desa Bumi Asih sering melakukan musyawarah desa baik mengenai pembangunan fisik, pemberdayaan masyarakat ataupun laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Hal ini disambut antusias warga terlihat dari tingginya animo yang berpartisipasi setiap rapat desa digelar.


Gotong royong.

Program kedua, pemberian bantuan kesehatan kepada warga desa dengan pola gotong royong yang masih dijunjung tinggi olehg warga eks transmigran itu.

Teknisnya dengan memanfaatkan iuran swadaya masyarakat Rp10 ribu per KK, maka bantuan bisa diberikan dengan tiga golongan, I rawat inap sampai 2 hari mendapatkan bantuan Rp1 juta, golongan II rawat inap 2-4 hari mendapatkan Rp 2,5 juta dan golongan III rawat inap lima hari lebih mendapat bantuan Rp5 juta.

"Hal ini dilakukan agar dapat membantu warga yang terkena musibah, setidaknya bermanfaat meringankan biaya transportasi menuju dan dari rumah sakit juga bisa untuk beli obat-obatan," jelasnya seraya mengatakan hingga Maret 2019 desa telah menyalurkan bantuan kesehatan Rp27 juta.

Program ketiga yakni, pengajuan terbitnya sertifikat baik tanah pekarangan atau ladang milik warga yang sudah hampir 32 tahun belum keluar.

Selain itu pembukaan lahan baru bagi warga pecahan KK (anak atau famili yang berubah status menikah).

Dalam hal ini Supardi mengaku mengajukan permohonan kepada Dinas Transmigrasi untuk digunakan sebagai pemukiman pecahan KK warga Desa Bumi Asih yang berjumlah 45 kavling.

Program ini sinergi dengan program Presiden yakni penerbitan sertifikat tanah.

"Alhamdulillah, sebanyak 400 buah sertifikat milik warga telah diterbitkan dan telah diserahkan kepada pemiliknya masing-masing," bebernya.

Program keempat, pendirian Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Mekar Jaya dengan melibatkan para pemuda desa yang tergabung dalam komunitas atau kelompok Mulia Bhakti.

Alhasil, sejak didirikan pada 2017, dibawah kepemimpinan Tujirin, Bumdes Mekar Jaya milik Bumi Asih kini memiliki unit usaha trading yakni membeli buah sawit milik warga dengan harga pantas dan menjualnya ke pabrik crude palm oil (CPO).

Selain itu Bumdes bekerjasama dengan Bank BNI melalui pengoperasian Agen BNI 46 yang bisa melayani segala transaksi keuangan bagi masyarakat, baik menyimpan, menarik tunai hingga transper serta pembayaran-pembayaran lainya seperti BPJS dan rekening listrik.

"Modal awal Rp50 juta dari dana desa yang dijalankan, tahun 2018 hasil usaha berupa asset sebesar Rp 125 juta," ungkapnya.

Selanjutnya Program kelima yakni, revitalisasi embung desa, dengan membangun kolam seluas 40 m x 50 m kedalaman 8 meter dan baru bisa tersiring dengan batu susun setinggi 4 meter.

Manfaat bai warga sudah teratasi krisis air bersih, melalui embung ini mampu menyediakan air selama musim kemarau hingga 12 bulan.

Program keenam, Penerangan jalan. "Alhamdullillah pada 2017 mendapatkan bantuan penerangan jalan dari dinas sebanyak 15 titik lampu penerangan dan melalui keikutsertaan warga masyarakat kini sudah 45 titik di jalur poros desa dan pemerintah desa masih berupaya untuk seluruh jalan desa ada penerangan jalan seluruhnya".

Program ketujuh, pembuatan badan jalan antar desa, yang dalam hal ini melibatkan pihak ketiga yaitu perusahaan dapat membantu perawatan jalan poros ataupun jalan di lingkungan desa.

Sebagai tindak lanjut program ini, pemerintahan Desa Bumi Asih juga berhasil membuat jalan baru yang dulunya tidak ada jalan menuju tempat ziarah ke masjid kuno yang terletak di Desa Sei Nipah.

Kini sudah dibuka jalan baru sekitar 1,5 Km yang bertujuan untuk memudahkan pengunjung ziarah ke masjid tua tersebut walau terletak di desa tetangga.

Program kedelapan, revitalisasi pertanian dan perkebunan.

Dia menurutkan, pertanian dan perkebunan di Desa Bumi Asih yang berjarak sekitar 30 Km dari ibukota kabupaten saat ini sangat baik dalam pengelolaanya terutama pertanian padi warga menjadi salah satu lumbung beras di Kabupaten Kotabaru.

Melalui 4 kelompok pertanian Desa Bumi Asih, Maju Makmur Bumi Asih, Sido Makmur, Karya Bakti dan Harapan Baru yang kemudian tergabung dalam Gapoktan Manunggal Jaya, mampu mengjasilkan produksi beras yang bukan hanya cukup memenuhi kebutuhan masyarakat desa tapi juga daerah lain Kabupaten Kotabaru.

"Dan yang membanggakan, Suli Sarwono putra Desa Bumi Asih yang mengolah lahan pertanian yang masuk wilayah desa tetangga menjadi kelompok pertanian terbaik sekabupaten dan se-Provinsi Kalsel," beber Supardi.

Program kesembilan, yakni misi pemisahan hasil pengelolaan perkebunan plasma Desa Bumi Asih. Dulu hasil petani plasma warga Bumi Asih masih bergabung dengan desa tetangga pasti bagi hasilnya minim karena selalu dibawah hasil desa tetangga, namun setelah ada pemisahan, kini hasilnya serendah-rendahnya sama dengan desa lain, dan lebih sering hasilnya lebih tinggi.

Kini kegembiraan masyarakat bertambah, selain hasil plasma yang relatif tinggi dan kini tekah dibangun pergudangan pupuk di Desa Bumi Asih.

Dibangunya gudang pupuk ini akan ada peningkatan hasil yang dulunya belum tepat jadwal pemupukan dikarenakan jarak gudang pupuk sangat jauh sekitar 35 Km, kini bisa dipastikan bisa tepat waktu setiap pemupukan.

Kemudian Program kesepuluh, peningkatan jaringan internet. Dituturkan Supardi, hingga 2017 warga Bumi Asih dan Kecamatan Kelumpang Selatan sangat kesulitan dalam berkomunikasi menggunakan telepon seleluler karena ketiadaan signal.

Pada pertengahan 2018 atas usaha yang dilakukan pemerintahan desa mampu meyakinkan, PT Tower bekerjasama dengan Telkomsel, telah didirikan base transceiver station (BTS) sehingga kini signal ponsel dan jaringan internet sudah sangat mudah dan kuat.

"Banyak manfaat yang didapat dari jaringan tersebut salah satunya memperlancar transaksi perbankan Bumdes Mekar Jaya dan tak kalah pentingnya adalah memudahkan laporan secara online ke pemerintah kabupaten," jelasnya.

Selain itu bagi masyarakat mudah mendapatkan informasi media dan memudahkan berkomunikasi melalui handphone. Hal ini jauh berbeda jika dulunya harus mencari-cari tempat sinyal kini di rumah atau di luar rumah sangat mudah mendapatkan sinyal.

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019