Malang (ANTARA) - Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) meraih tiga medali sekaligus di ajang internasional yang dihelat di Korea Selatan (Korsel) berkat temuannya, yakni Greenola (Green Rice Analog) yang mampu melawan malnutrisi.

Pada acara Korean International Woman Infention and Expotition (KIWIE) 2019 yang berlangsung selama empat hari (Kamis-Minggu, 20-23/06) di Hall 9B, Exhibition Center 2, Korea International Exhibition Center (KINTEX) Seoul Korea Selatan, tim FTP UB berhasil meraih tiga medali sekaligus, yakni emas, perak dan perunggu untuk kategori pangan, teknologi pertanian dan energi.

"Greenola merupakan beras analog berbahan tapioka, tepung sorghum dan ekstrak daun kelor yang ampuh melawan malnutrisi. Tapioka mengandung 94.74 persen karbohidrat, 1.63 persen lemak, 1.71 persen protein, serta 17.338 persen air," kata salah satu anggota tim Zelviana Putri di Malang, Rabu.

Tepung sorghum mengandung 79.08 persen karbohidrat, 5.27 persen lemak, 13.51 persen protein, serta 9.94 persen air. Adapun ekstrak daun kelor mengandung 27.1 gr protein, 1324 mg potassium, 2003 mg kalsium serta 28.2 g zat besi.

Kombinasi tapioka, tepung sorghum dan ekstrak daun kelor yang kaya zat gizi ini akan menghasilkan beras dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding beras konvensional, sehingga ampuh melawan malnutrisi.

Selain Zelviana, ada empat mahasiswa FTP yang mendukung raihan tiga medali tersebut, yakni Faudina Nurin Nisa, Nanda Triachdiani, Maharani Dewi Utami, serta Nur Aisya Indiani. Mereka berhasil memukau dewan juri yang terdiri dari para ilmuwan dan praktisi industri Korea dan Singapura.

Greenola karya lima mahasiswa UB tersebut, tidak hanya meraih medali emas, kelima mahasiswa FTP UB ini juga berhasil meraih medali perak KIWIE 2019 atas penelitian mereka yang berjudul STRIBER, Sansevieria trifasciata bio air filter and freshner.

Penelitian ini mengoptimalkan lidah buaya sebagai penyegar udara sekaligus aroma terapi. Berdasarkan penelitian, kandungan pregan glycoside pada lidah buaya (sansevieria trifasciata) ini mampu mengurai racun menjadi asam organik serta asam amino lainnya sehingga penggunaannya sebagai aroma terapi berkhasiat, selain menyegarkan udara juga bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Selain itu, Zelviana Putri dan teman-teman juga berhasil meraih medali perunggu KIWIE 2019 atas inovasinya yang berjudul
Nony Pouch, biopesticide pouch with mahogany leaves extract and activated carbon. Inovasi Nony pouch temuan mereka ini menggunakan karung beras yang dibentuk sedemikan rupa seperti kantong teh celup untuk menghalau hama beras (sithopillus oryzae).

KIWIE 2019 merupakan ajang internasional yang dilaksanakan oleh Korean Intellectual Property Office (KIPO) dan Korean Womens Inventors Association (KWIA).

Acara ini didukung oleh Kementerian Sains dan Teknologi Korea, Kementerian Pangan, Pertanian Kehutanan dan Perikanan Korea, Kementerian Ilmu Ekonomi Korea, Kementerian Persamaan Gender Korea, Pemerintah Kota Seoul dan World Intellectual Property Organization.

KIWIE 2019 yang diselenggarakan di Hall 9B, Exhibition Center 2, Korea International Exhibition Center (KINTEX) Seoul, Korea Selatan ini diikuti oleh ratusan tim dari 20 negara. Setiap tim dinilai dari presentasi pemaparan, display produk dan prototipe serta penampilan stan ekspo.


Baca juga: UB Forest dorong inovasi produk kopi bernilai tambah

Baca juga: I-Lenuk aplikasi pendata penyu karya mahasiswa Universitas Brawijaya

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019