Tentu ini akan menjadi beban negara yang cukup besar,
Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatat jumlah penderita gagal ginjal di wilayah itu lebih dari 800 orang.

Kepala Dinkes Kepri, Tidak Yudiana di Tanjungpinang, Minggu, mengatakan, jumlah penderita gagal ginjal saat ini meningkat 10 kali lipat dibanding 2010.

"Tahun 2010 hanya sekitar 80 orang penderita gagal ginjal di Kepri," ujarnya.

Baca juga: Penderita gagal ginjal di Kepri naik sepuluh kali lipat

Penderita gagal ginjal, tambah dia tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Dalam sepekan para penderita gagal ginjal harus dua kali cuci darah.

Waktu yang dibutuhkan untuk sekali mencuci darah selama enam jam. Biaya berobat yang dibutuhkan juga sangat besar, selain uang transportasi.

"Tentu ini akan menjadi beban negara yang cukup besar," lanjutnya.

Menurut dia, jumlah gagal ginjal di Kepri memasuki tahapan membahayakan, bukan sebatas mengkhawatirkan. Artinya, pemerintah harus mendorong masyarakat untuk memiliki pola hidup yang sehat.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) salah satu program Kemenkes yang dilaksanakan secara nasional, dan diharapkan mendapat dukungan dari masyarakat. Germas Kepri semakin agresif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat memiliki pola hidup sehat, dan rutin memeriksakan kesehatannya.

Pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan dan sayuran setiap hari, serta berolah raga sesuai dengan kebutuhan tubuh.

"Upaya antisipatif jauh lebih baik dibanding mengobati. Karena itu, masyarakat harus memiliki pola hidup sehat, dan mengetahui kondisi kesehatannya," ujarnya.

Baca juga: Terapi yang perlu dijalani pasien gagal ginjal

Ia mengatakan selain gagal ginjal, penyakit tidak menular lainnya yang menjadi atensi pemerintah yakni penyakit jantung dan stroke. Kedua penyakit ini mengalami peningkatan yang tajam.

Penyebab penyakit ini sama seperti ginjal yakni gaya hidup yang tidak sehat. Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat dan gula yang tinggi, karena menyebabkan gagal ginjal, penyakit gula, jantung dan stroke.

"Contohnya, budaya minum air kaleng ketika lebaran yang mengandung gula tinggi merupakan pola hidup tidak sehat," ucapnya.

Penderita hipertensi, diabetes, gagal ginjal dan stroke tidak hanya tinggal di perkotaan, melainkan juga di pulau-pulau.

"Penyakit ini sudah merata hingga ke pulau-pulau," tambahnya.

Baca juga: Benarkah ginjal bisa rusak karena hipertensi?

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019