Jakarta (ANTARA Kalbar) - Proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat diperkirakan akan memakan waktu lama, karena kondisi jenazah yang kebanyakan tidak lengkap.
"Ini akan makan waktu lama karena kita harus teliti. Karena ini banyak korban dan dalam kondisi tidak utuh," kata Kepala Bidang Pusdokkes Polri Kombes Pol Anton Castilani dalam jumpa pers di RS Polri, Jakarta Timur, Sabtu.
Anton mengibaratkan proses identifikasi itu seperti menyusun "jigsaw puzzle" yang besar dan ia membandingkan dengan kecelakaan kapal di Trenggalek dimana proses identifikasi korban membutuhkan waktu hingga 5 bulan.
Saat ini, Tim dari Disaster Victim Identification (DVI) Polri sudah mulai melakukan proses identifikasi dari empat kantong mayat yang dibawa ke RS Polri yang dimulai dari pembagian organ tubuh, pendeskripsian dan pencatatan ciri-ciri korban.
"Saya tidak berani janji waktu. Tapi ini masih lama," katanya.
Tim DVI akan melakukan pembandingan data antara lain melalui data sidik jari, gigi geligi, DNA, tanda-tanda fisik/medik dan properti yang dimiliki korban.
Pihak pemerintah Rusia disebut Anton juga telah menjanjikan untuk mengirimkan ahli DNA untuk membantu proses identifikasi, begitu juga dengan universitas maupun badan di dalam negeri seperti dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Lembaga Eijkman maupun tim dokter dari Banten.
(A043)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Ini akan makan waktu lama karena kita harus teliti. Karena ini banyak korban dan dalam kondisi tidak utuh," kata Kepala Bidang Pusdokkes Polri Kombes Pol Anton Castilani dalam jumpa pers di RS Polri, Jakarta Timur, Sabtu.
Anton mengibaratkan proses identifikasi itu seperti menyusun "jigsaw puzzle" yang besar dan ia membandingkan dengan kecelakaan kapal di Trenggalek dimana proses identifikasi korban membutuhkan waktu hingga 5 bulan.
Saat ini, Tim dari Disaster Victim Identification (DVI) Polri sudah mulai melakukan proses identifikasi dari empat kantong mayat yang dibawa ke RS Polri yang dimulai dari pembagian organ tubuh, pendeskripsian dan pencatatan ciri-ciri korban.
"Saya tidak berani janji waktu. Tapi ini masih lama," katanya.
Tim DVI akan melakukan pembandingan data antara lain melalui data sidik jari, gigi geligi, DNA, tanda-tanda fisik/medik dan properti yang dimiliki korban.
Pihak pemerintah Rusia disebut Anton juga telah menjanjikan untuk mengirimkan ahli DNA untuk membantu proses identifikasi, begitu juga dengan universitas maupun badan di dalam negeri seperti dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Lembaga Eijkman maupun tim dokter dari Banten.
(A043)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012