Rio de Janeiro (ANTARA Kalbar) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, barangkali lebih dari separuh negara di dunia tidak bisa mencapai seluruh sasaran yang telah ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) pada 2015.
"Sejak MDGs disusun dari Konferensi Rion 1992, dalam implementasi 20 tahun kemudian tidak semua sasaran atau target MDGs bisa dicapai. Ini realitas tanpa mencari siapa yang bersalah dan bertanggung jawab pada tingkat global," kata Presiden Yudhoyono dalam keterangan pers di Rio de Janeiro, Brazil, Jumat waktu setempat atau Sabtu Wib.
Delapan target MDGs yang tidak mampu dicapai semua negara itu meliputi mengurangi kemiskinan absolut, melakukan pendidikan dasar, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, mengurangi kematian anak dan balita, mengurangi kematian ibu melahirkan, mengatasi penyakit menular seperti HIV dan malaria, pengelolaan lingkungan yang baik dan kerjsama internasional untuk mencapai MDGs.
"Indonesia sendiri hampir pasti pada 2015 nanti ada sasaran yang bisa dicapai, ada yang lebih, dan ada satu dua yang kita masih harus berjuang mudah-mudahan bisa tembus sesuai dengan sasaran yang kita capai," katanya.
Bercermin pada realitas itu maka para pemimpin dunia kembali berkumpul di Rio de Janeiro, 20-22 Juni 2012, untuk menggelar Konferensi Rio+20 guna memastikan bahwa komitmen yang dituangkan dalam kerangka MDGs betul-betul membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat dunia.
"Apa yang diungkapkan oleh para pemimpin dunia itu adalah the what, the why dan the how (mengapa MDGs belum tercapai--red)," katanya.
Dalam Konferensi Rio+20 yang berlangsung di Riocentro yang terletak di pinggiran Rio de Janeiro sekitar 192 pemerintah dari seluruh dunia dan 23 organisasi internasional menyampaikan pandangannya tentang pelaksanaan MDGs selama 20 tahun terakhir dalam sejumlah sesi panel. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pandangannya pada sesi panel ketiga dan menjadi pembicara ketiga belas. Dalam pidatonya Presiden menggarisbawahi mengenai kebijakan Indonesia untuk menerapkan ekonomi hijau dan menjaga ekosistem laut melalui program ekonomi biru.
Lebih lanjut Presiden mengatakan bahwa dalam beberapa kesempatan pengertian MDGs sering direduksi hanya urusan negara berkembang atau bagaimana negara-negara itu mengatasi kemiskinan absolut.
"Tidak (seperti itu--red). Ada kewajiban dunia, ada kewajiban negara-negara maju agar MDGs itu bisa dicapai," kata Presiden merujuk pada sasaran ke delapan MDGs.
Presiden Yudhoyono berada di Rio de Janeiro untuk menghadiri KTT Rio+20 atau KTT PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan. Seusai melakukan kunjungan kerja ke Rio de Janeiro Presiden dijadwalkan melanjutkan perjalanannya ke Ekuador untuk melakukan kunjungan kenegaraan.
(G003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Sejak MDGs disusun dari Konferensi Rion 1992, dalam implementasi 20 tahun kemudian tidak semua sasaran atau target MDGs bisa dicapai. Ini realitas tanpa mencari siapa yang bersalah dan bertanggung jawab pada tingkat global," kata Presiden Yudhoyono dalam keterangan pers di Rio de Janeiro, Brazil, Jumat waktu setempat atau Sabtu Wib.
Delapan target MDGs yang tidak mampu dicapai semua negara itu meliputi mengurangi kemiskinan absolut, melakukan pendidikan dasar, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, mengurangi kematian anak dan balita, mengurangi kematian ibu melahirkan, mengatasi penyakit menular seperti HIV dan malaria, pengelolaan lingkungan yang baik dan kerjsama internasional untuk mencapai MDGs.
"Indonesia sendiri hampir pasti pada 2015 nanti ada sasaran yang bisa dicapai, ada yang lebih, dan ada satu dua yang kita masih harus berjuang mudah-mudahan bisa tembus sesuai dengan sasaran yang kita capai," katanya.
Bercermin pada realitas itu maka para pemimpin dunia kembali berkumpul di Rio de Janeiro, 20-22 Juni 2012, untuk menggelar Konferensi Rio+20 guna memastikan bahwa komitmen yang dituangkan dalam kerangka MDGs betul-betul membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat dunia.
"Apa yang diungkapkan oleh para pemimpin dunia itu adalah the what, the why dan the how (mengapa MDGs belum tercapai--red)," katanya.
Dalam Konferensi Rio+20 yang berlangsung di Riocentro yang terletak di pinggiran Rio de Janeiro sekitar 192 pemerintah dari seluruh dunia dan 23 organisasi internasional menyampaikan pandangannya tentang pelaksanaan MDGs selama 20 tahun terakhir dalam sejumlah sesi panel. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pandangannya pada sesi panel ketiga dan menjadi pembicara ketiga belas. Dalam pidatonya Presiden menggarisbawahi mengenai kebijakan Indonesia untuk menerapkan ekonomi hijau dan menjaga ekosistem laut melalui program ekonomi biru.
Lebih lanjut Presiden mengatakan bahwa dalam beberapa kesempatan pengertian MDGs sering direduksi hanya urusan negara berkembang atau bagaimana negara-negara itu mengatasi kemiskinan absolut.
"Tidak (seperti itu--red). Ada kewajiban dunia, ada kewajiban negara-negara maju agar MDGs itu bisa dicapai," kata Presiden merujuk pada sasaran ke delapan MDGs.
Presiden Yudhoyono berada di Rio de Janeiro untuk menghadiri KTT Rio+20 atau KTT PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan. Seusai melakukan kunjungan kerja ke Rio de Janeiro Presiden dijadwalkan melanjutkan perjalanannya ke Ekuador untuk melakukan kunjungan kenegaraan.
(G003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012