Jakarta (ANTARA Kalbar) - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengatakan kemungkinan adanya perbedaan awal Ramadhan tidak perlu dibesar-besarkan, dan berharap beribadah dengan keyakinannya masing-masing.

"Perbedaan mengawali Ramadhan tidak perlu dibesar-besarkan, karena itu wilayah keyakinan maka gunakanlah ibadat sesuai dengan keyakinan," kata Din Syamsuddin, usai sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) Jakarta, Rabu.

Dia juga mengimbau kepada seluruh Umat Islam untuk memaknai bulan Ramadhan sebagai bulan latihan, baik untuk penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) maupun untuk pengembangan kualitas kejiwaan.

"Inilah yang paling penting, jadi betul-betul bukan sebagai kerutinan, bukan sebagai kerutinan setiap tahun, tapi betul-betul dijadikan sebagai bulan pelatihan," ujarnya.

Terkait ajakan pemerintah kepada Muhammadiyah untuk mengikuti sidang isbat penentuan bulan Ramadhan, Din Syamsudin justru menyatakan pemerintah tidak perlu isbat.

"Untuk kali ini seharusnya pemerintah tidak perlu melakukan isbath, karena bulan belum dua derajat. Padahal, kan dia (pemerintah) patok minimal dua derajat," ucap Din Syamsudin.

Dia juga mengatakan bahwa Muhammadiyah bukan hanya sekarang (menentukan hal yang berbeda), karena wilayah keyakinan bukan wewenang pemerintah dan pemerintah tidak boleh memasuki wilayah keyakinan, hanya dia mengayomi saja.

Seperti diketahui bahwa Kementerian Agama akan menggelar sidang itsbat penetapan awal ramadhan 1433H pada Kamis (19/7) di auditorium Kemenag yang akan dihadiri oleh semua ahli hisab dan rukyat serta perwakilan ormas Islam turut diundang.

Muhammadiyah sendiri menurutnya sudah menetapkan awal puasa jatuh pada 20 Juli 2012 dan shalat tarawih mulai 19 Juli 2012.

(J008)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012