Jakarta (ANTARA Kalbar) - Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan mengimbau seluruh umat Islam di Indonesia untuk saling menghargai satu sama lain dalam menyikapi terjadinya perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan tahun ini.
"Saya mengimbau agar seluruh umat tidak mempertajam perbedaan yang terjadi. Jangan saling klaim bahwa pihak yang satu benar dan yang lain salah. Sebagai umat muslim harus saling menghargai," kata Amidhan saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Pemerintah dalam hal ini Menteri Agama dalam penentuan Isbat Kamis malam memutuskan bahwa awal puasa tahun ini jatuh pada hari Sabtu (21/7), sementara PP Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan sehari sebelumnya.
Dia mengatakan perbedaan penentuan awal Ramadhan tahun ini tidak bisa dihindari disebabkan perbedaan metode melihat hilal yang dilakukan sejumlah kelompok umat Islam di Indonesia.
"Yang satu memakai metode Hisab, yang lain memakai Rukyat, tetapi lebih banyak yang memakai Rukyat. Keduanya memiliki argumentasinya masing-masing, dan harus dihormati," kata dia.
Dia meminta seluruh umat Islam Indonesia tidak berputus asa dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dapat mempersatukan perbedaan ke depannya.
"Jadi yang mau puasa besok silahkan, yang mau puasa Sabtu juga silahkan. Mungkin ada kalanya nanti penentuan awal Ramadhan kebetulan sama, tetapi tahun ini kebetulan tersebut rupanya tidak terjadi dan seluruh umat harus tetap harus saling menghormati," ujar dia.
Amidhan mengatakan meskipun terjadi perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan, namun ada kemungkinan seluruh umat dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama-sama.
(SDP-47)