Jakarta (ANTARA Kalbar) - Dalam beberapa waktu terakhir ini aksi kekerasan maupun pertikaian antarkelompok masyarakat di sejumlah daerah terjadi dengan penyebab dan latar belakang yang berbeda sehingga memberikan dampak yang merugikan baik secara material maupun nonmaterial.

Banyak pihak yang mempertanyakan mengapa masyarakat Indonesia yang belasan tahun lalu dikenal ramah, toleran, akomodatif, dalam beberapa kasus pada akhir-akhir ini menjadi mudah tersulut emosinya, bersikap anarkis dan tidak toleran terhadap perbedaan pendapat maupun keyakinan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Hari Anak Nasional 2012 belum lama ini menjelaskan upaya untuk membiasakan individu toleran dan menjauhi kekerasan bisa dilakukan sejak usia dini melalui sejumlah hal.

"Di era global saat ini, kita harus memberikan lingkungan sosial, pendidikan, dan tata pergaulan yang ramah bagi anak-anak. Dengan cara itu, anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang menyongsong masa depan yang cerah," ujar Presiden.

Kepala Negara mengatakan membimbing anak dengan lingkungan yang baik akan mendorong anak menjadi sosok dengan kepribadian dan karakter yang kuat saat dewasa.

"Untuk itulah, selain memberikan perhatian pada peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi anak-anak, pemerintah memberi ruang yang lebih besar pada program-program inovatif, yang dapat meningkatkan kecerdasan, kebugaran, dan kesejahteraan anak-anak kita," tegas Presiden.

Presiden menambahkan, "Bagaimanapun, anak-anak kita di masa depan dihadapkan pada kompetisi global yang keras. Karena itulah kita dorong anak-anak kita untuk lebih mengenali, mencintai, dan mengembangkan bidang kehidupan yang penting bagi masa depannya, baik itu sains dan teknologi bisnis dan ekonomi, maupun seni dan budaya, atau cabang profesi dan bidang kehidupan apapun."
   
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan anak harus dilindungi dan dijauhkan dari semua lingkungan dan juga tindakan kekerasan baik fisik maupun nonfisik untuk menjamin tumbuh kembangnya yang baik.

"Selama beberapa tahun terakhir ini, dalam kaitan dengan anak-anak Indonesia, pada hakikatnya pemerintah melaksanakan dua agenda utama, yaitu perlindungan dan pemberdayaan bagi anak-anak," kata Presiden.

Kepala Negara menegaskan meski pemerintah menjalankan program perlindungan bagi anak dan juga mendorong pemberdayaan anak-anak, peran orang tua tetap penting dalam mendidik dan mendampingi tumbuh kembangnya anak.

"Sebagai orang tua, kita berkewajiban untuk menjaga dan melindungi anak-anak kita dari berbagai bentuk kejahatan, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi," kata Presiden.

Ditambahkannya, "Di samping itu, kita juga terus berupaya agar anak-anak tidak ditelantarkan, dan tidak mendapatkan sanksi hukuman yang tidak adil dan tidak tepat. Kita juga perlu melindungi mereka dari pergaulan yang tidak baik."
 
Presiden mengatakan terkait dengan pemberdayaan anak, dalam arti luas adalah pemberian pendidikan dan pengembangan kepada anak-anak.

"Tidak kita sadari, saat ini orang tua sering dihinggapi oleh yang disebut goncangan budaya dan kejutan masa depan. Banyak orang tua yang menganggap anak-anaknya memiliki cara berpikir, pergaulan, 'mindset' dan lainnya yang menyimpang dari nilai-nilai yang seharusnya," katanya.

"Pandangan seperti itu, sampai batas tertentu barangkali benar, tetapi pada sisi lain, juga bisa jadi ada permasalahan antara pemikiran orang tua, dengan masa di mana anak-anaknya berada sekarang ini. Dalam kaitan itu, orang tua tidak lagi tepat untuk sekadar mengatakan, 'jangan ini...! dan jangan itu...!' kepada anaknya," tambah Presiden.

Presiden menegaskan komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua harus selalu terjalin sehingga tidak hanya sekadar melarang namun juga bisa memberikan pemahaman kepada anak.

                Jauhkan benih kekerasan
   
Presiden menambahkan orang tua sejak dini harus menanamkan benih-benih kemuliaan di dalam diri anak-anak sehingga saat dewasa tidak menjadi sosok yang mudah tersulut untuk melakukan tindakan anarkis dan tidak toleran.

"Kita semua selayaknya memahami bahwa masa kanak-kanak adalah masa tanam yang sangat subur," kata Presiden.

Kalau ditanam benih kebaikan, kasih sayang, dan benih kemuliaan, akan tumbuh menjadi anak-anak yang berkarakter unggul dan mulia. Tetapi sebaliknya, kalau hal-hal itu kita abaikan, maka justru benih-benih kekerasan dan kerusakan yang akan tertanam, kata Presiden.

Karena itu Kepala Negara menegaskan pentingnya peran orang tua dan semua pihak untuk menanamkan sejak dini pemahaman pada anak mengenai sikap-sikap anti kekerasan dan sifat toleransi terhadap perbedaan yang ada.

"Selanjutnya, kita juga harus memberikan perhatian yang sungguh -sungguh terhadap penyiapan masa depan anak-anak kita. Investasi yang tepat dan kita lakukan untuk meningkatkan kualitas anak-anak akan menimbulkan siklus positif pada periode berikutnya, kualitas kehidupannya akan lebih baik," kata Presiden.

Sebaliknya, mengabaikan kualitas anak-anak, akan memunculkan siklus negatif, ini berarti bahwa kualitas kehidupan berikutnya akan suram, hal ini berlaku pada tingkat pribadi, keluarga, bahkan bangsa, paparnya.

Presiden juga mengajak orang tua untuk memenuhi semua hak-hak anak dan merawat anak dengan penuh kasih sayang yang pada gilirannya akan memberikan dampak yang baik pada perkembangan anak.

"Kita berkewajiban untuk memenuhi hak anak-anak kita, mari kita rawat dan asuh anak-anak kita dengan penuh kasih sayang dan penuh tanggung-jawab, utamanya bagi anak-anak kita yang berada pada usia emas, 'golden age' dari lahir hingga umur delapan tahun," katanya.

Ditambahkan Presiden, "Orang tua yang bijak adalah orang tua yang memenuhi hak-hak anaknya, diantara sekian banyak hak anak adalah hak untuk memperoleh pendidikan, rasa aman, dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Kita semua harus saling bekerjasama untuk memenuhi hak-hak anak kita."
 
Sepanjang pekan ini pemberitaan media massa nasional menyoroti bentrok yang terjadi di Sampang Madura.

Selain bentrok di Sampang aksi kekerasan juga terjadi di Solo yang ditandai penyerangan terhadap pos polisi serta pertikaian di sejumlah daerah dalam eskalasi yang lebih kecil.

Menteri Agama Suryadharma Ali dalam peringatan Hari Anak Nasional mengingatkan agar anak sejak awal dikenalkan dengan lingkungan yang bebas kekerasan fisik dan juga kekerasan verbal sehingga tidak mudah tersulut maupun melakukan aksi kekerasan.

Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan semua pihak harus ikut serta dalam upaya menyediakan lingkungan yang ramah bagi anak, memastikan tidak ada diskriminasi dan mendapatkan semua kebutuhannya.

"Semua anak harus terlindungi dari tindakan kekerasan mental sosial dan fisik, harus ada penyaluran sesuai minat bakat dan kemampuannya," tuturnya.

(P008)

Pewarta: Panca Hari Prabowo

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012