Jakarta (ANTARA Kalbar) - Pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) di dalam negeri yang mencapai 7 persen pada semester I tahun ini membuat impor bahan baku pangan seperti gandum, gula dan biji kedelai semakin tinggi.

"Besarnya pertumbuhan industri mamin di Indonesia meningkatkan impor bahan baku seperti gandum yang mencapai 5,6 juta ton, gula 2,7 juta ton, biji kedelai lebih dari 2 juta ton. Selain itu, 70 persen bahan baku untuk industri pengolahan susu harus mengandalkan pasokan dari negara lain," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Benny Wahyudi di Jakarta, Senin.

Untuk mengurangi impor bahan baku, menurut Benny, perlu peningkatan program hilirisasi sektor industri mamin nasional.

"Pemerintah akan mendorong investasi di sektor mamin agar bahan baku bisa diperoleh didalam negeri. Impor bahan baku membuat harga produk jadi semakin tinggi," paparnya.

Pangsa pasar produk mamin yang cukup besar, lanjut Benny, mendorong tumbuhnya permintaan bahan tambahan pangan.

"Saat ini, lebih dari 30% kebutuhan bahan tambahan pangan (BTP) masih impor. Untuk itu, kami mengundang investor untuk menanamkan investasinya di bidang industri BTP di Indonesia," ujarnya.

Benny menambahkan, sejumlah bahan tambahan pangan mulai dari pewarna, pemanis buatan, pengawet, penyedap dan pengawet rasa dan aroma, antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemutih, dan pematang tepung, pengemulsi hingga pengental masih diimpor dari Eropa, Amerika Serikat dan China.

(IAZ)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012