Sungai Raya, Kalbar (ANTARA Kalbar) - General Manajer PT. Angkasa Pura II Cabang Bandara Supadio Abiyoso mengaku kesulitan untuk melakukan evakuasi pesawat Boeing 737-400 Lion Air dengan nomor penerbangan JT JT 716 yang tergelincir di ujung landasan bandara itu, Kamis (1/11) malam.
"Saat hendak memutar arah di ujung landasan, bagian depan pesawat keluar jalur terlebih dahulu, dan disusul ban belakang bagian kanannya terpendam dalam di pinggir landasan. Akibatnya proses evakuasi menjadi sangat sulit," katanya di Sungai Raya, Jumat.
Dia menyatakan, dua ban bagian depan dan belakang kanan pesawat tersebut terperosok sangat dalam hingga satu meter karena tanahnya tanah gambut.
"Ini yang membuat evakuasi perlu waktu lama. Kita tidak mampu mengangkatnya dalam waktu cepat," tuturnya.
Untuk mengevakuasi pesawat tersebut pihaknya akan mendatangkan peralatan dan tim teknis dari Jakarta.
Proses evakuasi pun berlangsung dari pukul 24.00 WIB hingga siang harinya yang melibatkan tim teknis dari Lion Air, Angkasa Pura II dan Tim dari Bandara Soekarno Hatta.
"Jika dibandingkan kemarin, proses evakuasi ini lebih rumit. Tim dari selvic saja datang menginjak pukul 04.00 dini hari. Tapi proses evakuasinya kita mulai dari pukul 24.00 karena mesti melakukan proses evakuasi," kata Abiyoso.
Ia menjelaskan, insiden itu terjadi sekitar pukul 19.45 WIB. Dari waktu tersebut, bandara sempat ditutup untuk aktivitas penerbangan selama kurang lebih satu jam.
Karena penutupan itu, ada beberapa pesawat terpaksa kembali ke Jakarta.
"Kita adakan perhitungan terlebih dahulu, mengenai runwaynya dan kita tutup bandara selama satu jam. Jika insiden sebelumnya pada jarak 250 pesawat bisa terbang, tapi insiden kali ini hanya pada jarak 210," katanya.
Menurut Abiyoso setelah satu jam ditutup, aktivitas di bandara pun dibuka kembali. Meskipun ketika dibuka ada juga pesawat yang tetap mendarat, tetapi ada dua maskapai yang batal mendarat dan lebih memilih untuk kembali ke Jakarta.
"Yang batal mendarat dan memilih kembali dari Maskapai Garuda dan Batavia. Tapi yang tetap mendarat itu tetap tertunda karena ada penutupan aktivitas ini," kata Abiyoso.
Proses evakuasi otomatis membuat bandara aktivitas penerbangan terhambat. Semua penerbangan dari dan menuju Pontianak ditunda cukup lama, bahkan hingga empat sampai enam jam.
Aris (25), salah seorang penumpang yang terimbas insiden tersebut mengaku kesal terhadap buruknya pelayanan trasportasi udara di Pontianak.
Dia menumpang Pesawat Garuda 503 tujuan Jakarta, yang seharusnya berangkat jam 08.00 pagi, namun ditunda keberangkatannya hingga jam 12 siang.
"Insiden ini sudah sering terjadi di Supadio, tapi kenapa tidak ada tindaklanjutnya. Selalu masyarakat yang jadi korban belum lagi transportasi udara itu mahal sekali, seharusnya pelayanannya memuaskan," kata dia. ***2***
(U.pso-171)
(U.pso-171/B/R007/R007) 02-11-2012 14:33:54
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Saat hendak memutar arah di ujung landasan, bagian depan pesawat keluar jalur terlebih dahulu, dan disusul ban belakang bagian kanannya terpendam dalam di pinggir landasan. Akibatnya proses evakuasi menjadi sangat sulit," katanya di Sungai Raya, Jumat.
Dia menyatakan, dua ban bagian depan dan belakang kanan pesawat tersebut terperosok sangat dalam hingga satu meter karena tanahnya tanah gambut.
"Ini yang membuat evakuasi perlu waktu lama. Kita tidak mampu mengangkatnya dalam waktu cepat," tuturnya.
Untuk mengevakuasi pesawat tersebut pihaknya akan mendatangkan peralatan dan tim teknis dari Jakarta.
Proses evakuasi pun berlangsung dari pukul 24.00 WIB hingga siang harinya yang melibatkan tim teknis dari Lion Air, Angkasa Pura II dan Tim dari Bandara Soekarno Hatta.
"Jika dibandingkan kemarin, proses evakuasi ini lebih rumit. Tim dari selvic saja datang menginjak pukul 04.00 dini hari. Tapi proses evakuasinya kita mulai dari pukul 24.00 karena mesti melakukan proses evakuasi," kata Abiyoso.
Ia menjelaskan, insiden itu terjadi sekitar pukul 19.45 WIB. Dari waktu tersebut, bandara sempat ditutup untuk aktivitas penerbangan selama kurang lebih satu jam.
Karena penutupan itu, ada beberapa pesawat terpaksa kembali ke Jakarta.
"Kita adakan perhitungan terlebih dahulu, mengenai runwaynya dan kita tutup bandara selama satu jam. Jika insiden sebelumnya pada jarak 250 pesawat bisa terbang, tapi insiden kali ini hanya pada jarak 210," katanya.
Menurut Abiyoso setelah satu jam ditutup, aktivitas di bandara pun dibuka kembali. Meskipun ketika dibuka ada juga pesawat yang tetap mendarat, tetapi ada dua maskapai yang batal mendarat dan lebih memilih untuk kembali ke Jakarta.
"Yang batal mendarat dan memilih kembali dari Maskapai Garuda dan Batavia. Tapi yang tetap mendarat itu tetap tertunda karena ada penutupan aktivitas ini," kata Abiyoso.
Proses evakuasi otomatis membuat bandara aktivitas penerbangan terhambat. Semua penerbangan dari dan menuju Pontianak ditunda cukup lama, bahkan hingga empat sampai enam jam.
Aris (25), salah seorang penumpang yang terimbas insiden tersebut mengaku kesal terhadap buruknya pelayanan trasportasi udara di Pontianak.
Dia menumpang Pesawat Garuda 503 tujuan Jakarta, yang seharusnya berangkat jam 08.00 pagi, namun ditunda keberangkatannya hingga jam 12 siang.
"Insiden ini sudah sering terjadi di Supadio, tapi kenapa tidak ada tindaklanjutnya. Selalu masyarakat yang jadi korban belum lagi transportasi udara itu mahal sekali, seharusnya pelayanannya memuaskan," kata dia. ***2***
(U.pso-171)
(U.pso-171/B/R007/R007) 02-11-2012 14:33:54
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012