New York (ANTARA Kalbar/Reuters) - Efek penyakit diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan ginjal dan jantung, kerusakan syaraf dan hilangnya penglihatan sudah pernah diumumkan. Kini sebuah kajian di Jepang mendapati efek diabetes dapat mengakibatkan dua kali lebih mungkin bagi penderitanya kehilangan pendengaran.
Di dalam kajian yang diterbitkan di Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, para ilmuwan mendapati penderita diabetes yang masih muda menghadapi risiko dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa yang berusia lanjut, meskipun mereka tak bisa menjelaskan mengapa.
"Meta-analisis saat ini menunjukkan prevalensi lebih tinggi gangguan pendengaran pada penderita diabetes dibandingkan dengan pasien non-diabetes sejalan tak peduli usia mereka," tulis pemimpin peneliti Chika Horikawa di Faculty of Medicine, Niigata University, bersama rekannya.
Hal itu bukan untuk pertama kali para peneliti menemukan kaitan antara diabetes dan hilangnya pendengaran. Pada 2008, beberapa peneliti dari US National Institutes of Health (NIH) menemukan pola serupa pada sampel lebih dari 11.000 orang, dan penderita diabetes dua kali lebih mungkin untuk kehilangan pendengaran dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes.
Ada dugaan bahwa kadar gula darah yang tinggi akibat diabetes mungkin mengkibatkan hilangnya pendengaran karena terjadi kerusakan pada pembuluh darah di telinga, kata Horikawa sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin.
Horikawa dan rekannya mengumpulkan keterangan dari 13 studi sebelumnya yang meneliti kaitan antara diabetes dan hilangnya pendengaran dan disiarkan antara 1977 dan 2011. Secara keseluruhan, data itu mencakup 7.377 penderita diabetes dan 12.817 orang yang tidak.
Tim Horikawa juga mendapati penderita dibates 2,15 kali lebih mungkin dibandingkan dengan orang yang tidak menderita penyakit itu untuk kehilangan pendengaran. Namun ketika hasilnya dipilah berdasarkan umur, orang yang berusia 60 tahun memiliki resiko 2,61 kali sedangkan orang yang berusia di atas 60 tahun memiliki resiko 1,58 kali lebih tinggi.
Sebagian ahli berspekulasi studi semacam itu tidak membuktika diabetes berkaitan langsung dengan resiko lebih besar hilangnya pendengaran.
"Itu tidak secara pasti menjawab pertanyaan, tapi itu terus meningkatkan pertanyaan penting yang mungkin diajukan pasien," kata Steven Smith, ahli diabetes di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.
Para peneliti tersebut menyatakan studi pada masa depan yang memperhitungkan lebih banyak faktor, seperti usia dan lingkungan yang berisik, diperlukan untuk menjelaskan kaitan antara diabetes dan kehilangan pendengaran.
Namun, Horikawa memberitahukan, orang mesti mengakui penderita diabetes mungkin menghadapi risiko hilangnya pendengaran berdasarkan hasil mereka.
"Terlebih lagi, hasil ini menyarankan pasien diabetes diperiksa apakah mereka mengalami gangguan pendengaran sejak usia dini dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes," kata Horikawa. Ia menambahkan hilangnya pendengaran juga berkaitan dengan peningkatan risiko depresi dan dementia.
(C003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Di dalam kajian yang diterbitkan di Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, para ilmuwan mendapati penderita diabetes yang masih muda menghadapi risiko dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa yang berusia lanjut, meskipun mereka tak bisa menjelaskan mengapa.
"Meta-analisis saat ini menunjukkan prevalensi lebih tinggi gangguan pendengaran pada penderita diabetes dibandingkan dengan pasien non-diabetes sejalan tak peduli usia mereka," tulis pemimpin peneliti Chika Horikawa di Faculty of Medicine, Niigata University, bersama rekannya.
Hal itu bukan untuk pertama kali para peneliti menemukan kaitan antara diabetes dan hilangnya pendengaran. Pada 2008, beberapa peneliti dari US National Institutes of Health (NIH) menemukan pola serupa pada sampel lebih dari 11.000 orang, dan penderita diabetes dua kali lebih mungkin untuk kehilangan pendengaran dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes.
Ada dugaan bahwa kadar gula darah yang tinggi akibat diabetes mungkin mengkibatkan hilangnya pendengaran karena terjadi kerusakan pada pembuluh darah di telinga, kata Horikawa sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin.
Horikawa dan rekannya mengumpulkan keterangan dari 13 studi sebelumnya yang meneliti kaitan antara diabetes dan hilangnya pendengaran dan disiarkan antara 1977 dan 2011. Secara keseluruhan, data itu mencakup 7.377 penderita diabetes dan 12.817 orang yang tidak.
Tim Horikawa juga mendapati penderita dibates 2,15 kali lebih mungkin dibandingkan dengan orang yang tidak menderita penyakit itu untuk kehilangan pendengaran. Namun ketika hasilnya dipilah berdasarkan umur, orang yang berusia 60 tahun memiliki resiko 2,61 kali sedangkan orang yang berusia di atas 60 tahun memiliki resiko 1,58 kali lebih tinggi.
Sebagian ahli berspekulasi studi semacam itu tidak membuktika diabetes berkaitan langsung dengan resiko lebih besar hilangnya pendengaran.
"Itu tidak secara pasti menjawab pertanyaan, tapi itu terus meningkatkan pertanyaan penting yang mungkin diajukan pasien," kata Steven Smith, ahli diabetes di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.
Para peneliti tersebut menyatakan studi pada masa depan yang memperhitungkan lebih banyak faktor, seperti usia dan lingkungan yang berisik, diperlukan untuk menjelaskan kaitan antara diabetes dan kehilangan pendengaran.
Namun, Horikawa memberitahukan, orang mesti mengakui penderita diabetes mungkin menghadapi risiko hilangnya pendengaran berdasarkan hasil mereka.
"Terlebih lagi, hasil ini menyarankan pasien diabetes diperiksa apakah mereka mengalami gangguan pendengaran sejak usia dini dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes," kata Horikawa. Ia menambahkan hilangnya pendengaran juga berkaitan dengan peningkatan risiko depresi dan dementia.
(C003)
Editor : Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012