Washington (ANTARA Kalbar) - Pasien diabetes yang juga menderita kanker indung telur dan mengkonsumsi obat metformin untuk diabetes, memiliki angka kesembuhan lebih baik dibandingkan dengan pasien yang tidak menggunakan obat itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Hasil satu studi baru di Amerika Serikat itu, yang disiarkan daring di jurnal Cancer, Senin
(3/12), mungkin memainkan peran penting dalam penelitian mengenai
bagaimana menggunakan obat yang ada untuk mengobati penyakit baru atau
berbeda.
Metformin adalah obat yang diberikan secara luas untuk mengobati diabetes, dan penelitian sebelumnya oleh peneliti lain telah memperlihatkan janjinya bagi kanker lain. Studi baru itu menambahkan kanker indung telur pada daftar tersebut.
Para peneliti membandingkan penyintasan 61 pasien kanker indung telur yang menggunakan metformin dan 178 pasien yang tidak mengkonsumsi metformin, kata Xinhua, Selasa malam. Sebanyak 67 persen pasien yang menggunakan metformin selamat setelah lima tahun, dibandingkan dengan 47 persen mereka yang tidak menggunakan obat itu.
Ketika para peneliti tersebut menganalisis berbagai faktor seperti indeks massa tubuh pasien, parahnya kanker mereka, jenis kemoterapi dan kualitas operasi, mereka mendapati pasien yang mengkonsumsi metformin hampir empat kali lipat lebih mungkin untuk selamat, dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan obat itu.
"Studi kami memperlihatkan peningkatan penyintasan pada perempua yang menderita kanker indung telur dan menggunakan metformin," kata penulis bersama studi itu, Sanjeev Kumar, ahli onkologi ginekologi dari Mayo Clinic, yang berpusat di Minnesota.
"Hasilnya membesarkan hati, tapi seperti halnya studi retrospektif, kami tak bisa memantau banyak faktor untuk mengatakan apakah ada dampak dan penyebab langsung. Meskipun begitu, ini adalah bukti manusia lebih jauh mengenai potensi dampak bermanfaat dari obat yang banyak digunakan dan relatif aman bagi manusia."
Hasil itu bisa melicinkan jalan bagi penggunaan metformin dalam percobaan acak secara luas untuk mengobati kanker indung telur, kata para peneliti tersebut. Mengingat tingginya angka kematian akibat kanker indung telur, para peneliti itu mengatakan ada kebutuhan sangat besar untuk mengembangkan terapi baru untuk mengobati penyakit tersebut.
Metformin mungkin berpotensi menjadi salah satu pilihan, kata mereka.
(C003)
Metformin adalah obat yang diberikan secara luas untuk mengobati diabetes, dan penelitian sebelumnya oleh peneliti lain telah memperlihatkan janjinya bagi kanker lain. Studi baru itu menambahkan kanker indung telur pada daftar tersebut.
Para peneliti membandingkan penyintasan 61 pasien kanker indung telur yang menggunakan metformin dan 178 pasien yang tidak mengkonsumsi metformin, kata Xinhua, Selasa malam. Sebanyak 67 persen pasien yang menggunakan metformin selamat setelah lima tahun, dibandingkan dengan 47 persen mereka yang tidak menggunakan obat itu.
Ketika para peneliti tersebut menganalisis berbagai faktor seperti indeks massa tubuh pasien, parahnya kanker mereka, jenis kemoterapi dan kualitas operasi, mereka mendapati pasien yang mengkonsumsi metformin hampir empat kali lipat lebih mungkin untuk selamat, dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan obat itu.
"Studi kami memperlihatkan peningkatan penyintasan pada perempua yang menderita kanker indung telur dan menggunakan metformin," kata penulis bersama studi itu, Sanjeev Kumar, ahli onkologi ginekologi dari Mayo Clinic, yang berpusat di Minnesota.
"Hasilnya membesarkan hati, tapi seperti halnya studi retrospektif, kami tak bisa memantau banyak faktor untuk mengatakan apakah ada dampak dan penyebab langsung. Meskipun begitu, ini adalah bukti manusia lebih jauh mengenai potensi dampak bermanfaat dari obat yang banyak digunakan dan relatif aman bagi manusia."
Hasil itu bisa melicinkan jalan bagi penggunaan metformin dalam percobaan acak secara luas untuk mengobati kanker indung telur, kata para peneliti tersebut. Mengingat tingginya angka kematian akibat kanker indung telur, para peneliti itu mengatakan ada kebutuhan sangat besar untuk mengembangkan terapi baru untuk mengobati penyakit tersebut.
Metformin mungkin berpotensi menjadi salah satu pilihan, kata mereka.
(C003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012