Takengon, Aceh (ANTARA Kalbar) - Kemenristek menggagas Kedai Informasi Kopi Gayo yang memanfaatkan teknologi informasi sehingga semua pihak yang ingin mengetahui kopi nomor satu dunia itu dapat dengan mudah memperolehnya.
"Kami serahkan perangkat sederhana untuk membentuk Kedai Informasi Kopi Gayo," kata Asisten Deputi Iptek Industri Strategis Kemenristek Kemal Prihatman, saat membuka pelatihan "e-commerce" (pemasaran elektronik) bagi pelaku bisnis kopi di Tankengon, Aceh, Senin.
Bantuan yang diberikan berupa perangkat keras dan perangkat lunak, sehingga kata Kemal, kedai tersebut dapat dijadikan pertemuan fisik maupun nonfisik. Pihak yang ingin mengetahui segala sesuatu mengenai kopi Gayo dan bahkan melakukan transaksi bisa dilakukan di sana, termasuk melalui internet.
Kemal mengatakan bantuan tersebut hanya sebagai model dan diharapkan dapat dikembangkan di tempat-tempat lain.
Pada tahap awal, Kemal mengharapkan akademisi Universitas Gajah Putih, perguruan tinggi yang terdapat di kabupaten tersebut menangani peralatan tersebut dan untuk selanjutnya bisa dimanfaatkan semua pihak yang terkait.
Kemal menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi untuk mempromosikan dan mengembangkan kopi Gayo.
Ia mengingatkan bahwa akses internet makin berkembang demikian juga penggunanya sehingga sangat tepat jika menggunakan teknologi informasi untuk mempromosikan kopi Gayo.
"Sebanyak 67 juta orang Indonesia sudah mengakses internet. Indonesia adalah pengguna jejaring sosial Facebook nomor empat di dunia. Sementara itu Twitter, Indonesia adalah nomor lima di dunia," katanya.
"Ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan promosi kopi Gayo. Ke depan kecenderungan alat untuk mengakses internet makin kecil, sehingga bisa mengakses internet di mana saja," katanya.
Sementara itu Asisten Ekonomi dan Pembangunan Aceh Tengah Muhammad Syukri mengatakan lahan kopi Arabika di wilayahnya 48 ribu hektare dengan jumlah petani sebanyak 35 ribu keluarga.
Mengenai pelatihan e-commerce, Syukri mengharapkan dengan adanya pelatihan maka promosi kopi Gayo makin meluas yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
E-commerce, katanya, juga akan mempermudah pemasaran karena pembina bisa melihat contoh-contoh dari internet dan bahkan bertransaksi sehingga akan memotong rantai pemasaran.
Sementara itu Ketua Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo Mustafa Ali mengatakan bahwa kopi Gayo sudah terkenal di dunia namun banyak yang tidak mengetahui asal kopi tersebut.
Ia juga mengharapkan mengharapkan pemasaran kopi Gayo semakin mudah. "Mungkin hanya pertama kali saja pembeli datang ke lokasi, setelah itu mereka bisa memanfaatkan e-commerce," katanya.
Kopi Gayo mempunyai rasa yang khas sehingga memperoleh harga yang tinggi di pasar dunia, bahkan melebihi kopi Brazil.
(U002)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Kami serahkan perangkat sederhana untuk membentuk Kedai Informasi Kopi Gayo," kata Asisten Deputi Iptek Industri Strategis Kemenristek Kemal Prihatman, saat membuka pelatihan "e-commerce" (pemasaran elektronik) bagi pelaku bisnis kopi di Tankengon, Aceh, Senin.
Bantuan yang diberikan berupa perangkat keras dan perangkat lunak, sehingga kata Kemal, kedai tersebut dapat dijadikan pertemuan fisik maupun nonfisik. Pihak yang ingin mengetahui segala sesuatu mengenai kopi Gayo dan bahkan melakukan transaksi bisa dilakukan di sana, termasuk melalui internet.
Kemal mengatakan bantuan tersebut hanya sebagai model dan diharapkan dapat dikembangkan di tempat-tempat lain.
Pada tahap awal, Kemal mengharapkan akademisi Universitas Gajah Putih, perguruan tinggi yang terdapat di kabupaten tersebut menangani peralatan tersebut dan untuk selanjutnya bisa dimanfaatkan semua pihak yang terkait.
Kemal menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi untuk mempromosikan dan mengembangkan kopi Gayo.
Ia mengingatkan bahwa akses internet makin berkembang demikian juga penggunanya sehingga sangat tepat jika menggunakan teknologi informasi untuk mempromosikan kopi Gayo.
"Sebanyak 67 juta orang Indonesia sudah mengakses internet. Indonesia adalah pengguna jejaring sosial Facebook nomor empat di dunia. Sementara itu Twitter, Indonesia adalah nomor lima di dunia," katanya.
"Ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan promosi kopi Gayo. Ke depan kecenderungan alat untuk mengakses internet makin kecil, sehingga bisa mengakses internet di mana saja," katanya.
Sementara itu Asisten Ekonomi dan Pembangunan Aceh Tengah Muhammad Syukri mengatakan lahan kopi Arabika di wilayahnya 48 ribu hektare dengan jumlah petani sebanyak 35 ribu keluarga.
Mengenai pelatihan e-commerce, Syukri mengharapkan dengan adanya pelatihan maka promosi kopi Gayo makin meluas yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
E-commerce, katanya, juga akan mempermudah pemasaran karena pembina bisa melihat contoh-contoh dari internet dan bahkan bertransaksi sehingga akan memotong rantai pemasaran.
Sementara itu Ketua Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo Mustafa Ali mengatakan bahwa kopi Gayo sudah terkenal di dunia namun banyak yang tidak mengetahui asal kopi tersebut.
Ia juga mengharapkan mengharapkan pemasaran kopi Gayo semakin mudah. "Mungkin hanya pertama kali saja pembeli datang ke lokasi, setelah itu mereka bisa memanfaatkan e-commerce," katanya.
Kopi Gayo mempunyai rasa yang khas sehingga memperoleh harga yang tinggi di pasar dunia, bahkan melebihi kopi Brazil.
(U002)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012