Quetta (Antara Kalbar/AFP) - Satu bom yang ditujukan untuk membunuh kaum Syiah provinsi Baluchistan, bagian selatan Pakistan, telah membunuh setidaknya 79 orang, termasuk di antaranya perempuan dan anak-anak.

Lebih dari 180 orang juga terluka akibat bom yang meledak pada pukul 18.00 waktu setempat (13.00 GMT) tersebut, kata pihak kepolisian setempat.

Bahan peledak dengan berat sekitar 800 kilogram diletakkan di dalam sebuah tanki air di dekat pasar Hazara, sebuah daerah di pinggiran ibu kota provinsi Baluchistan, Quetta.

"Kami telah berhasil mengangkat mayat-mayat yang terkubur dalam reruntuhan bangunan. Angka kematian sekarang ini naik menjadi 79 orang," kata Wazir Khan Nasir, pejabat senior kepolisian Quetta.

"Yang kami khawatirkan adalah ada korban selamat yang masih terjebak dalam reruntuhan. Pekerjaan untuk menyelamatkan mereka masih dilakukan namun saya melihat kemungkinannya sangat sedikit," kata kepala kepolisian Quetta, Zubair Mehmood.

Nasir sendiri berpendapat bahwa bom itu adalah "serangan sektarian yang ditujukan untuk masyarakat Muslim Syiah."

Kelompok ekstrim Sunni Lashkar-e-Jhangvi mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut.

Di sisi lain, juru bicara kelompok Muslim Syiah di Hazara Sayed Qamar Haider Zaidi mengecam pemerintah Pakistan karena tidak memberikan perlindungan bagi komunitasnya dan mengumumkan tiga hari berkabung.

Baluchistan, yang merupakan provinsi yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan, telah berulangkali menjadi tempat kekerasan sektarian antara kelompok mayoritas Sunni dan Syiah, yang populasi keseluruhannya mencapai seperlima dari 180 juta jiwa penduduk Pakistan.

Pada bulan Januari lalu, setidaknya 92 orang tewas dan 121 lainnya luka-luka saat dua orang meledakkan dirinya sendiri dalam kerumunan di Quetta.

Gubernur Baluchistan kemudian dipecat oleh Perdana Menteri Pakistan Raja Pervez Ashraf pada akhir Januari setelah menerima tekanan dan protes dari kelompok Muslim Syiah.

Provinsi tersebut juga dipenuhi oleh kelompok pemberontak yang memulai aksinya pada 2004. Mereka menuntut otonomi politik dan pembagian keuntungan yang lebih besar dari kekayaan alam daerah (Baluchistan adalah provinsi yang kaya akan minyak dan gas bumi).

(Uu.G005/C003)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013