Jakarta (ANTARA) - Serangan Iran pada 16 Januari 2024 dengan menggunakan rudal balistik dan drone dengan dalih menargetkan pangkalan kelompok militan Jaish ul-Adl di Provinsi Baluchistan, Pakistan, tentu saja menimbulkan ketegangan politik antara dua negara itu.
Jaish ul-Adl adalah kelompok militan Sunni yang berbasis di Provinsi Sistan dan Baluchistan, Iran, yang beberapa kali menyerang pasukan keamanan Iran di daerah yang berbatasan dengan Pakistan, antara lain untuk menyuarakan kemerdekaan daerah Baluchistan.
Nama Baluchistan itu sendiri berasal dari kelompok etnis Baluch yang mendiami daerah di kawasan Asia Selatan dan Barat, yang mencakup sejumlah negara seperti Pakistan (terutama di Provinsi Baluchistan), Iran (Provinsi Sistan dan Baluchistan), hingga Afghanistan.
Berdasarkan informasi dari ensiklopedia dunia maya Wikipedia, sebagian besar etnis Balukh bertempat tinggal di Pakistan dan mencakup hampir 3,6 persen dari total populasi Pakistan. Selain itu, warga dari etnis Balukh juga berjumlah sebanyak 2 persen dari populasi baik dari negara Iran maupun Afghanistan.
Respons dari Pakistan atas serangan Iran itu adalah dengan menarik duta besarnya pada Rabu (17/1) sebagai langkah protes dari Pakistan yang menilai bahwa pemerintah Iran telah melakukan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negaranya.
Selain itu, pemerintah Pakistan juga menegaskan bahwa tindakan pelanggaran ruang udara negara itu oleh rudal dan drone Iran juga telah berakibat kepada tewasnya dua korban jiwa yang masih anak-anak.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian dalam acara Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, menyatakan bahwa hanya para militan yang terkena serangan tersebut.
Pernyataan dari kementerian luar negeri Iran juga menyatakan bahwa Amirabdollahian telah menelepon Menteri Luar Negeri Pakistan Jalil Abbas Jilani, menekankan penghormatan pemerintah Iran terhadap kedaulantan Pakistan.
Kemenlu Iran menyatakan bahwa keamanan negara tersebut beberapa kali menjadi target serangan Jaish Al Adl yang berasal dari daerah Pakistan.
Pernyataan tersebut juga mengutarakan harapannya agar kerja sama antara Iran dan Pakistan dapat berlanjut dan semakin kuat ke depannya.
Serangan Iran itu hanya berjarak sehari dengan serangan serupa yang dilancarkan Negeri Mullah itu kepada dua negara tetangganya pula, yaitu Irak dan Suriah.
Iran menyatakan serangan ke Irak, tepatnya ke Kota Erbil di daerah semi-otonom Kurdistan, karena lokasi serangan dituding Iran sebagai markas kelompok yang terkait dengan intelijen Israel, Mossad.
Namun, Irak menyanggah bahwa ada semacam markas bagi mata-mata seperti itu di negara tersebut. Irak juga telah mengajukan komplain terhadap "agresi" Iran kepada Dewan Keamanan PBB serta menarik dubesnya dari Teheran.
Penasihat Keamanan Nasional Irak, Qasim Al Araji, kepada sejumlah media juga menyatakan pihaknya telah memeriksa lokasi yang dituding sebagai "markas Mossad" dan menyatakan bahwa tempat itu hanyalah rumah keluarga dari pebisnis warga Irak yang berasal dari Erbil.
Serangan tersebut juga diklaim membuat batalnya pemimpin Kurdi Irak Masrour Barzani untuk bertemu dengan Menlu Iran di Davos.
Seperti dalam serangannya ke daerah Pakistan, Kemenlu Iran juga menyatakan bahwa pihaknya menghormati kedaulatan dan integritas teritorial negara lain, tetapi Iran menyatakan memiliki hak yang sah untuk mencegah terhadap ancaman keamanan nasional.
Kekuatan regional
Serangan yang dilakukan Iran terhadap sejumlah lokasi di tiga negara tetangganya itu (Irak, Suriah, dan Pakistan), disinyalir juga karena Iran ingin menunjukkan bahwa negara itu merupakan sebuah kekuatan regional yang pantas disegani.
Dengan melancarkan serangan rudal dan drone terhadap para pihak yang dinilai sebagai "ancaman" itu, maka Iran dapat menampilkan kekuatan militernya.
Apalagi, serangan itu juga terjadi di tengah pembicaraan akan adanya rencana segera untuk melakukan penandatangan perjanjian antara Iran dan Rusia.
Juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova dalam konferensi pers ke berbagai media pada Rabu (17/1) menyatakan bahwa perjanjian baru itu akan mengonsolidasikan kemitraan strategis kedua negara dan mencakup beragam bidang kerja sama.
Sedangkan Kremlin pada November 2023 lalu pernah menyatakan bahwa Rusia-Iran sedang mengembangkan hubungan termasuk dalam bidang kerja sama teknik-militer.
Menurut Masoud Mostajabi, Deputi Direktur Program Timur Tengah Atlantic Council dalam situs lembaga tersebut, serangan ke daerah tiga negara oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) itu menghindari untuk menargetkan infrastruktur milik Amerika Serikat.
Hal itu, ujar Mostajabi, mengindikasikan bahwa Iran ingin memamerkan kemampuan rudal dan drone tanpa meningkatkan ketegangan dengan AS di kawasan.
Selain itu, sinyal yang ingin disampaikan Iran dengan serangan itu adalah untuk menunjukkan kesiapan Negeri Mullah itu dalam merespons ancaman.
Diduga bahwa serangan yang dilakukan Iran tidak akan berakhir sampai di sini, karena strategi pemerintah Iran adalah terus menekan sejumlah pihak yang dipersepsikan sebagai musuh atau lawan.
Sementara itu, analis keamanan asal Pakistan, Ihsanullah Tipu, sebagaimana dikutip dari laman media Al Jazeera, menyatakan keterkejutannya dengan langkah eskalasi oleh Iran di tengah ketegangan konflik di kawasan Timur Tengah.
Dia berpendapat bahwa tindakan Iran dengan menyerang lokasi di Baluchistan akan memiliki dampak jangka panjang serta implikasi terhadap hubungan bilateral antara Pakistan dan Iran, baik dalam persoalan politik luar negeri hingga keamanan kawasan.
Apalagi, langkah Iran itu bisa saja ditiru oleh Pakistan di masa depan dengan menargetkan militan anti-Pakistan yang terletak di Iran, lanjutnya.
Ihsanullah Tipu juga mengemukakan bahwa serangan terhadap Pakistan hanyalah salah satu elemen dari konfrontasi Iran yang lebih luas dengan Amerika Serikat, karena Pakistan dinilai sebagai "pion" dalam hubungan berisiko tinggi yang terkait dengan Amerika Serikat.
Melakukan strategi ala catur dalam perpolitikan global memang langkah yang kerap dilakukan oleh banyak negara, tetapi dengan melakukan serangan terhadap suatu daerah di negara lain, apa pun alasan atau argumen yang digunakan, merupakan sebuah langkah tidak produktif karena dipastikan bakal meningkatkan ketegangan di kawasan itu.