Jakarta (Antara Kalbar) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Setara Institute mengatakan bahwa penembakan empat tersangka pembunuhan Sersan Satu Heru Santoso (31) di Hugo's Cafe Maguwoharjo diduga dilakukan oleh oknum dari Kopassus.
"Sangat sulit menyangkal ini terlatih. kalau ini pantas diduga dilakukan oleh oknum Kopassus dan ini belum lagi fakta terlatih, penggunaan senjata dan saya dengar ada penyelidikan, mereka menggunakan bahasa komando dan sebagainya," kata Ketua Setara Institute, Hendardi di Hotel Aryaduta Jakarta, Rabu.
Efek yang ditimbulkan brutalitas dan ini bukan saja mengakibatkan demoralisasi polisi dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), tapi meluas menciptakan ketakutan luar biasa pada publik, katanya.
"Ini juga menggambarkan bahwa wibawa hukum dan penegakan hukum sudah di titik terendah, menjadi sulit respon yang diberikan TNI kontraproduktif. Alih-alih investigasi, yang muncul justru penyangkalan dan melempar tanggungjawab, sebuah peristiwa luar biasa," kata Hendardi.
Negara tidak pernah menuntaskan kasus koboi Salemba oleh oknum TNI dan penyerangan Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU). Nampak jelas dianggap soal biasa yang berujung pada impunitas oknum anggota TNI, katanya.
"Problem paling dasar, kendala normatif. setiap pidana umum, tidak bisa diadili di peradilan umum. semua warga negara berkedudukan sama di depan hukum," kata Hendardi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus didorong secara kuat untuk bentuk satu tim investigasi independen, eksternal, katanya.
"Tim investigasi tidak cukup TNI, Kepolisian, tapi bisa dari Perguruan Tinggi dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Saya kira Presiden SBY tidak cukup minta TNI bantu proses penyidikan, bukan suatu sikap terpuji tapi harus bentuk tim investigasi independen.
Pada Sabtu, 23 Maret terjadi insiden penembakan di Lapas Cebongan terhadap empat tersangka kasus pembunuhan anggota TNI AD dari Kesatuan Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Sersan Satu Heru Santoso (31) di Hugo's Cafe Maguwoharjo.
Mereka yang tewas akibat insiden itu adalah Angel Sahetapi alias Deki (31), Adrianus Candra Galaga alias Dedi (33), Gameliel Yermiayanto Rohi alias Adi (29) dan Yohanes Yuan (38).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Sangat sulit menyangkal ini terlatih. kalau ini pantas diduga dilakukan oleh oknum Kopassus dan ini belum lagi fakta terlatih, penggunaan senjata dan saya dengar ada penyelidikan, mereka menggunakan bahasa komando dan sebagainya," kata Ketua Setara Institute, Hendardi di Hotel Aryaduta Jakarta, Rabu.
Efek yang ditimbulkan brutalitas dan ini bukan saja mengakibatkan demoralisasi polisi dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), tapi meluas menciptakan ketakutan luar biasa pada publik, katanya.
"Ini juga menggambarkan bahwa wibawa hukum dan penegakan hukum sudah di titik terendah, menjadi sulit respon yang diberikan TNI kontraproduktif. Alih-alih investigasi, yang muncul justru penyangkalan dan melempar tanggungjawab, sebuah peristiwa luar biasa," kata Hendardi.
Negara tidak pernah menuntaskan kasus koboi Salemba oleh oknum TNI dan penyerangan Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU). Nampak jelas dianggap soal biasa yang berujung pada impunitas oknum anggota TNI, katanya.
"Problem paling dasar, kendala normatif. setiap pidana umum, tidak bisa diadili di peradilan umum. semua warga negara berkedudukan sama di depan hukum," kata Hendardi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus didorong secara kuat untuk bentuk satu tim investigasi independen, eksternal, katanya.
"Tim investigasi tidak cukup TNI, Kepolisian, tapi bisa dari Perguruan Tinggi dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Saya kira Presiden SBY tidak cukup minta TNI bantu proses penyidikan, bukan suatu sikap terpuji tapi harus bentuk tim investigasi independen.
Pada Sabtu, 23 Maret terjadi insiden penembakan di Lapas Cebongan terhadap empat tersangka kasus pembunuhan anggota TNI AD dari Kesatuan Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Sersan Satu Heru Santoso (31) di Hugo's Cafe Maguwoharjo.
Mereka yang tewas akibat insiden itu adalah Angel Sahetapi alias Deki (31), Adrianus Candra Galaga alias Dedi (33), Gameliel Yermiayanto Rohi alias Adi (29) dan Yohanes Yuan (38).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013