Jakarta (Antara Kalbar) - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Pramono Edhie Wibowo mengakui amunisi 7,62 milimeter masih digunakan TNI-AD di sejumlah satuan.

"Amunisi 7,62 mm masih tetap kami gunakan karena senjatanya pun masih digunakan," kata Pramono, saat konferensi pers di Jakarta, Jumat
    
Hal ini diungkapkan Pramono terkait pernyataan Tim labfor Polri yang menemukan proyektil peluru 7,62 mm di dalam sel Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman.

Selongsongan peluru itu dijadikan 17 orang pelaku penembakan empat tersangka pembunuh anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Sertu Santoso.

Pramono mengatakan bahwa peluru itu digunakan untuk hal-hal tertentu seperti oleh para penembak runduk (sniper), selain itu satuan kewilayahan, satuan bantuan tempur, dan satuan tempur.

Adapun senjata yang biasa dipakai prajurit untuk peluru tersebut adalah jenis AK-47, G-3, dan SP.

"Namun, umumnya standar militer infanteri adalah peluru 5,56 mm. Itu sudah umum di dunia," kata mantan komandan jenderal Kopassus itu.

Pramono menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menutup-nutupi temuan tim investigasi TNI-AD di lapangan dan akan menindak secara tegas jika ada keterlibatan prajurit terhadap penyerangan Lapas Cebongan.

(Ridwan Chaidir)
 

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013