Pontianak (Antara Kalbar) - Mantan Ketua KPU Provinsi Kalimantan Barat
Aida Mochtar mengatakan, dibutuhkan rekonstruksi pemikiran tentang dunia
politik di kalangan perempuan agar tidak menimbulkan kesan negatif.
"Selama ini, ada konstruksi pemikiran yang terbentuk bahwa politik itu jahat, kejam dan mengerikan," ujar Aida Mochtar saat "Ngobrol Pemilu dan Demokrasi" di Warung Kopi "Corner" di Pontianak, Kamis.
Menurut dia, kondisi itu membuat muncul semacam ketakutan di masyarakat, terutama kaum perempuan, sehingga dunia politik pun dijauhi.
Padahal, lanjut Ketua KPU Kalbar periode 2003-2009 itu, berpolitik sesungguhnya adalah pekerjaan yang mulia. "Melalui lembaga politik, persoalan-persoalan yang ada di masyarakat, diselesaikan. Semua yang dilakukan, adalah demi masyarakat," ujar Aida Mochtar yang saat ini terjun ke partai politik.
Ia melanjutkan, sejak awal, motivasi untuk maju di kancah politik, dengan menjadi calon anggota legislatif, harus diperjelas. "Jadi anggota Dewan mau untuk apa? Mendapat uang, kerja, jabatan, atau untuk masyarakat? Ini penting diluruskan," katanya menegaskan.
Sementara mengenai politik dan uang, ia mengakui hal itu tidak bisa dihindari. Ia mencontohkan yang paling mudah dalam membagikan kartu nama.
"Orang yang kita minta untuk membantu membagikan ke masyarakat, tentu butuh biaya operasional. Zalim kalau kita tidak memberi orang itu biaya," kata Aida Mochtar dalam diskusi yang digelar KPU Kota Pontianak itu.
Aida Mochtar menambahkan, sebagai wakil rakyat, para anggota Dewan sesungguhnya bukanlah pejabat. "Peningkatan kapasitas dan menjaga integritas, seperti memahami peraturan sesuai tugas pokok dan fungsi seorang legislatif, harus dimiliki mereka," kata dia.
Anggota legislatif mempunyai tugas selaku pengawasan, penganggaran, dan membuat aturan.
Anggota DPRD Kota Pontianak, Uray Henny Novita menegaskan, perempuan bukan lagi sebagai pelengkap di dunia politik. "Tetapi kini perempuan sudah menjadi bagian dalam kebijakan politik, serta pelaku politik," kata Uray Henny Novita.
Ketua KPU Kota Pontianak, Viryan Azis mengatakan, diskusi serupa akan terus digelar seara rutin di warung kopi. "Tema kali ini, tentang pemilih perempuan," kata Viryan Azis.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Selama ini, ada konstruksi pemikiran yang terbentuk bahwa politik itu jahat, kejam dan mengerikan," ujar Aida Mochtar saat "Ngobrol Pemilu dan Demokrasi" di Warung Kopi "Corner" di Pontianak, Kamis.
Menurut dia, kondisi itu membuat muncul semacam ketakutan di masyarakat, terutama kaum perempuan, sehingga dunia politik pun dijauhi.
Padahal, lanjut Ketua KPU Kalbar periode 2003-2009 itu, berpolitik sesungguhnya adalah pekerjaan yang mulia. "Melalui lembaga politik, persoalan-persoalan yang ada di masyarakat, diselesaikan. Semua yang dilakukan, adalah demi masyarakat," ujar Aida Mochtar yang saat ini terjun ke partai politik.
Ia melanjutkan, sejak awal, motivasi untuk maju di kancah politik, dengan menjadi calon anggota legislatif, harus diperjelas. "Jadi anggota Dewan mau untuk apa? Mendapat uang, kerja, jabatan, atau untuk masyarakat? Ini penting diluruskan," katanya menegaskan.
Sementara mengenai politik dan uang, ia mengakui hal itu tidak bisa dihindari. Ia mencontohkan yang paling mudah dalam membagikan kartu nama.
"Orang yang kita minta untuk membantu membagikan ke masyarakat, tentu butuh biaya operasional. Zalim kalau kita tidak memberi orang itu biaya," kata Aida Mochtar dalam diskusi yang digelar KPU Kota Pontianak itu.
Aida Mochtar menambahkan, sebagai wakil rakyat, para anggota Dewan sesungguhnya bukanlah pejabat. "Peningkatan kapasitas dan menjaga integritas, seperti memahami peraturan sesuai tugas pokok dan fungsi seorang legislatif, harus dimiliki mereka," kata dia.
Anggota legislatif mempunyai tugas selaku pengawasan, penganggaran, dan membuat aturan.
Anggota DPRD Kota Pontianak, Uray Henny Novita menegaskan, perempuan bukan lagi sebagai pelengkap di dunia politik. "Tetapi kini perempuan sudah menjadi bagian dalam kebijakan politik, serta pelaku politik," kata Uray Henny Novita.
Ketua KPU Kota Pontianak, Viryan Azis mengatakan, diskusi serupa akan terus digelar seara rutin di warung kopi. "Tema kali ini, tentang pemilih perempuan," kata Viryan Azis.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013