Washington (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Tubuh tikus laboratorium yang menerima bakteri usus dari orang yang kegemukan tampaknya bertambah dibandingkan dengan tikus yang diberi bakteri dari usus orang yang bertubuh kurus, kata beberapa peneliti AS, Kamis (5/9).

Temuan tersebut, yang disiarkan di jurnal Science, memperlihatkan pemindahan ciri-ciri metabolis dan fisik melalui mikroba usus, yang merupakan langkah penting ke arah sasaran akhir pengembangan perawatan anti-kegemukan dengan menggunakan bakteri.

Para peneliti dari Washington University merekrut empat pasangan manusia kembar yang berbeda dalam masalah kegemukan dan memindahkan mikrobiota usus di sampel kotoran dari masing-masing mereka ke dalam usus tikus yang bebas kuman yang telah dipelihara dalam kondisi steril, tanpa mikroba apa pun dalam diri mereka.

Mereka mendapati penerima mikrobiota orang kembar yang kegemukan menambah lebih banyak lemak dibandingkan penerima mikrobiota dari orang kembar yang kurus jika tikus itu diberi makan makanan standard.

"Ibu tak terjadi pada perbedaan jumlah makanan yang mereka konsumsi, jadi ada sesuatu pada mikrobiota yang bisa menularkan ciri khas ini. Pertanyaan kami ialah: apa komponen penyebabnya?" kata Jeffrey Gordon, Direktur di Center of Genome Sciences and Systems Biology di School of Medicine, Washington University, dan penulis bresama studi tersebut.

Ketika para peneliti itu menyatukan tikus yang menerima mikroba dari orang kembar yang kurus dan tikus penerima mikroba dari orang kembar yang kegemukan selama lima hari, mereka mendapati tikus yang menerima mikroba dari orang yang kegemukan jadi kurus tapi tikus penerima mikroba orang kurus tampaknya tak terpengaruh.

Analisis mengenai komunitas bakteri memperlihatkan anggota khusus yang disebut Bacteroidetes phylum dapat menular dari tikus kurus dan menguasai tikus gemuk. Itu menunjukkan bahwa bakteri tersebut sangat mempengaruhi perlindungan dari pertumbuhan berat badan.

Menurut para peneliti, tak satu pun bakteri dari tikus gemuk dapat menyerang tikus kurus sehingga membuat hewan tersebut mengumpulkan lemak.

Untuk mempelajari lebh lanjut, para peneliti tersebut merumuskan makanan buat tikus yang mewakili makanan Barat modern --rendah serat dan tinggi lemak jenuh-- dan mendapati tikus yang gemuk dan kurus tampaknya tak terpengaruh oleh mikroba usus yang lain.

Namun ketika hewan itu diberikan makanan manusia yang "lebih sehat" --tinggi serat dan rendah lemak-- hasilnya sama seperti sebelumnya.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa interaksi lebih rumit antara makanan, massa tubuh dan mikrobiota usus mempertegas gangguan metabolis manusia ketimbang yang telah diperhatikan oleh para peneliti itu.

"Pada masa depan, nilai gizi dan dampak makanan akan melibatkan pertimbangan penting mikrobiota kita --dan pengembangan makanan bergizi yang sehat akan dilakukan dari dalam ke luar, bukan hanya dari luar ke dalam," kata Jeffrey Gordon.

(Chaidar)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013