Pontianak (Antara Kalbar) - Memiliki bekal sebagai aktivis mahasiswa, mengantarkan Umi Rifdiyawaty menjadi penyelenggara pemilihan umum (pemilu) dalam 10 tahun terakhir, yang dituntut untuk selalu berlaku adil.

Umi Rifdiyawaty, akrab disapa Umi. Lahir di Sintang pada 26 Mei 1979. Menamatkan pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Sambas. Masih relatif muda, tetapi sudah berjiwa pemimpin sejak menjadi aktivis mahasiswa di Universitas Tanjungpura sekitar 12 tahun lalu.

Umi kini memiliki jabatan terpandang dalam tahun politik 2013-2014. Setelah lima tahun sebagai anggota KPU Provinsi Kalbar 2008-2013, kini ia menjabat sebagai ketua untuk periode 2013-2018.

Ia mengawali karir tahun 2003, ketika baru menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Untan. Lowongan sebagai anggota KPU dibuka luas di seluruh Indonesia. Umi salah satu pelamar. Ia mengikuti seleksi untuk anggota KPU Kabupaten Sambas.

Alasannya mengikuti seleksi, karena keinginan untuk ikut berpartisipasi. Sebagai mahasiswa yang juga aktif berorganisasi, tentu menjadi tantangan tersendiri jika melakukan sesuatu yang baru. Apalagi pada waktu itu merupakan awal mula pelaksanaan pemilu yang diserahkan ke lembaga independen.

"Yang akan diurus KPU juga nonpartisan, sehingga saya pikir ini bentuk sumbangsih bagi bangsa dan negara," kata perempuan lulusan Magister Hukum Untan itu.

Ketika mengikuti seleksi sebagai anggota KPU Sambas, usianya 23 tahun. Apalagi ia "fresh graduate" (baru lulus) kuliah, sehingga penuh semangat mengikuti setiap tahapan seleksi. Tidak diduga pula, setelah lolos seleksi dan masuk lima besar, Umi malah ditunjuk sebagai ketua.

Berbekal pengalaman aktif di beberapa organisasi, seperti HMI Komisariat Hukum Untan, Presidium Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda Pengemban Amanat Rakyat (SOLMADAPAR), Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Fakultas Hukum Untan, KAHMI Presidium Majelis Daerah Kabupaten Sambas, Sekretaris PC Muslimat NU Kabupaten Sambas, dengan percaya diri Umi mengemban tugas baru itu.

Meski ada risikonya. Yakni, karena mengurusi banyak partai dan banyak orang yang ingin menang, saat menjadi Ketua KPU Sambas 2003-2008, Umi sesungguhnya pernah pula diancam orang.

"Tetapi karena cepat melapor ke polisi, bisa diantisipasi," kata istri dari Mursalin itu.

Lima tahun sebagai Ketua KPU Sambas, ibu dari Muhammad Falih Mursal dan Muhammad Fahri Mursal itu lantas mengikuti seleksi tingkat provinsi. Ia lolos seleksi dan menjadi anggota KPU Kalbar pada 2008-2013.

Selama menjadi anggota KPU Kalbar, Umi pernah mengemban amanah sebagai Ketua Pokja Pencalonan Gubernur pada 2012, dan Ketua Kelompok Kerja Verifikasi Parpol Peserta Pemilu 2014 KPU Provinsi Kalbar.

Dan ketika seleksi calon KPU Kalbar untuk periode 2013-2018, ia bersama sejumlah anggota KPU lainnya, ikut lagi. Ternyata Umi bisa lolos hingga terpilih lima nama sebagai anggota KPU.

Karena memiliki pengalaman selama 10 tahun, melalui pleno anggota KPU Kalbar, ia dipilih secara aklamasi sebagai ketua untuk periode 2013-2018.

Sejauh ini, ia belum menemukan kesulitan berarti dengan jabatan tersebut, meski harus memimpin empat anggota lainnya yang kesemuanya laki-laki. Mereka terdiri dari Delfinus, Kasiono, Misrawie, dan Viryan Azis.

Menurut Umi, jabatan ketua KPU bukan seperti jabatan kepala kantor. Keputusan yang diambil harus "kolektif kolegial" yang pada intinya seluruh kebijakan, kegiatan atau pun menjalankan suatu proses dalam berorganisasi, berpijak pada kebersamaan, dimana seluruh pengurus dan anggota harus terlibat.

Jabatan sebagai ketua KPU lebih kepada koordinasi, manajerial. "Bukan harus apa kata ketua," kata dia lagi.

Lantas apa yang unik dari pekerjaan ini, sehingga seorang Umi Rifdiyawaty merasa tertantang?

"Karena kita berhadapan dengan peserta pemilu yang semuanya ingin menang. Kita harus netral dan berlaku adil, di situ uniknya dan menjadi tantangan kami," katanya.

Namun menurut dia, meskipun sudah berlaku adil, tetapi ternyata menurut peserta pemilu itu malah sebaliknya. Belum adil untuk semuanya. "Kita anggap sudah adi, malah dibilang sebaliknya," katanya.


Waktu keluarga

Kemudian bagaimana caranya mengatur waktu atau hubungannya dengan keluarga dan anak-anak? Ia mengatakan harus ada penjelasan dan pengertian. Namun sejauh ini tidak ada masalah. Karena jarak tempat kerja di Jalan Ahmad Yani dengan kediaman pribadinya di Jalan Sungai Raya Dalam, tidak jauh.

Kesibukan sebagai anggota sekaligus ketua KPU, tidak berlangsung terus-menerus. "Kalau memang sibuk ya sibuk. Kalau lagi sibuk, tidak bisa ditentukan kapan waktunya," katanya.

Adakalanya hari Jumat bisa ada waktu luang, tetapi hari Sabtu dan Minggu ternyata harus kerja dan berada di kantor. Seperti pekan kedua September ini, para anggota KPU di Kalbar atau bahkan Indonesia sedang sibuk-sibuknya menyiapkan daftar pemilih tetap (DPT) tingkat kabupaten/kota.

Dalam pekan ini, para anggota KPU Kalbar sibuk karena harus memastikan KPU kabupaten/kota bisa menyelesaikan input DPT. "Alhamdulillah Kalbar adalah yang nomor satu, paling cepat menyelesaikan proses input DPT ke Sidalih (Sistem Informasi Data Pemilih) dengan data yang lengkap," katanya.

Ia mengatakan anggota KPU di Kalbar yang dibentuk unsur masyarakat bisa membangun tim yang solid untuk proses input data DPT.

Adapun jumlah DPT Kalbar saat ini adalah 3.544.784 yang terdiri dari 1.812.766 pemilih laki-laki dan 1.354.174 pemilih perempuan. Mereka tersebar di 14 kabupaten/kota.

"Ini hasil proses akhir yang ditetapkan KPU kabupaten/kota," katanya.

Umi Rifdiyawaty agaknya bukanlah perempuan biasa. Saat usia masih muda dan belum gelap 35 tahun, sudah memberikan sumbangsih yang besar bagi pembangunan bangsa dan negara. Demi wewujudkan demokrasi yang berkeadilan bagi rakyat.

Zita Meirina

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013