Jakarta (Antara Kalbar) - Mobilnya relatif kecil hanya sepanjang 3,6 meter dengan tinggi sekitar 1,5 meter, namun begitu masuk ke dalam terasa luas dan lapang.
"Ternyata lega juga ya," kata jurnalis dari media musik, yang berada dalam satu tim uji kemudi mobil berharga terjangkau dan hemat BBM (Low Cost and Green Car/LCGC) Astra Toyota Agya, di Yogyakarta, akhir pekan ini.
Menurut GM Divisi Layanan Teknis PT Toyota Astra Motor (TAM) Dadi Hendriadi, ruang kabin yang lega menjadi salah satu andalan LCGC Toyota itu.
"Selain itu, bagasi juga dibuat lapang untuk beragam kebutuhan, termasuk bisa mengangkut lima galon air minum dalam kemasan," ujarnya.
Selain kabin yang lega, mobil murah yang dibandrol dengan harga mulai dari Rp99,9 juta sampai Rp120,75 juta itu juga dilengkapi dengan fitur dual airbags dan power steering, serta audio 2 DIN yang membuat pengemudi dan penumpang merasa aman dan nyaman.
Fitur-fitur itu membuat perjalanan dari Bandara Internasional Adisucipto menuju Restoran Abhayagiri yang terletak di Dusun Sumberwaty, Sambirejo, Prambanan, Yogyakarta terasa menyenangkan, karena putaran stir menjadi ringan, sehingga energi yang ada bisa santai menikmati jalan yang ramai sambil mendengarkan alunan musik dari radio maupun CD.
Pada tanjakan panjang dan cukup terjal menuju lokasi restoran, Agya yang mengusung mesin 1.000 cc dengan tiga silinder dan bertransmisi manual yang kami uji, mampu menghadapi tantangan dengan gigi 2 pada RPM 3.000.
"Mesin Agya merupakan pengembangan dari mesin terbaik Toyota dengan kategori satu liter yaitu 1KR engine yang juga dipakai pada Toyota iQ," kata Dadi.
Agya tepatnya mengusung mesin 1KR 998cc DOHC dengan fuel injection, yang menghasilkan tenaga maksimum 65 ps pada RPM 6.000, dan torsi 8,8 kgm pada RPM 3.600.
Bentuknya yang kecil dan kompak juga memudahkan saat parkir kendaraan dan melewati jalanan yang sempit, seperti ketika Agya melaju ke Jalan Dalem KG III Purbayan, Kota Gede, untuk melihat langsung produksi Cokelat Monggo.
Bidik
Selain mampir ke restoran yang terinsipirasi dari prasasti Abhayagiri Wihara yang ditemukan di kompleks Situs Ratu Boko, para jurnalis juga diarahkan keliling Yogyakarta selama dua hari, mulai dari titik nol kilometer kota itu yang terletak di ujung Malioboro, hingga ke pantai terkenal di provinsi itu yaitu Parangtritis.
"Yogya kami pilih, karena di sinilah 'rumahnya' mahasiswa. Sekitar 40-50 persen orang yang kerja di Jakarta berasal dari kota ini," kata GM Perencanaan Perusahaan dan Humas TAM, Widyawati Soedigdo yang bersama Dadi mendampingi jurnalis melakukan uji kemudi Agya.
Hal itu, kata dia, sesuai dengan target LGCG besutan Toyota itu, yang ingin membidik masyarakat yang ingin pertama kali punya mobil baru, dengan harga yang relatif murah, dan berbiaya rendah untuk perawatan.
Toyota memberikan fasilitas bebas biaya jasa servis hingga 50 ribu km atau empat tahun, mana yang tercapai lebih dulu, katanya.
"Jadi ceritanya rekan-rekan media menjadi alumus yang ingin berkunjung ke almamaternya, dengan mengekspresikan diri atas keberhasilan yang dicapai setelah bekerja," ujar Widyawati mengungkapkan alasan uji kemudi ke Yogyakarta.
Oleh karena itulah, para jurnalis yang dimasukkan dalam delapan kelompok diminta ke Universitas Gajah Mada (UGM) untuk menentukan fakultas yang menunjukkan ekspresi diri kelompok dalam uji kemudi bertajuk "Expressive journey" itu.
Hal senada dikemukan Manager Produk Hatchback TAM Enjang Dana Resi. Target utama pembeli Agya sebenarnya adalah mereka yang pertama kali kerja dengan pendapatan sekitar Rp4-6 juta/bulan dan telah memiliki rencana membeli mobil dengan menabung. "
Mereka ada single fighter yang membeli mobil baru sebagai hadiah kerja keras mereka, di samping meningkatkan status sosial," kata Enjang.
Target kedua, adalah pembeli mobil bekas dengan harga sekitar Rp100 juta, dan telah berencana membeli mobil baru.
Mereka, kata dia, membeli mobil baru dengan pertimbangan biaya perawatan yang lebih murah dibandingkan mobil bekas. "Target kedua used car buyers dengan pendapatan sekitar Rp5-9 juta/bulan," kata Enjang.
Sedangkan target tambahan yang dibidik Toyota adalah mereka yang telah memiliki satu mobil, namun membutuhkan kendaraan tambahan untuk anggota keluarga lainnya.
Kelompok single car ownership ini, kata dia, memiliki berpenghasilan di atas Rp9 juta/bulan.
Menurut Widyawati sejak pertama kali diluncurkan pada 9 September 2013, pembeli terbanyak justru dari berasal dari segmen mereka yang ingin menambah mobil baru atau single car ownership (41 persen) kemudian used car buyers (37,2 persen), dan single fighter (21,8 persen).
"Biasanya memang begitu, baru delapan sampai setahun kemudian akan terlihat target pembeli yang sesungguhnya. Sampai saat ini kebanyakan pembeli Agya adalah mereka yang 'punya uang' lebih," katanya.
Ia mengatakan sampai awal Oktober ini total pesanan terhadap mobil Agya mencapai sekitar 18 ribu unit, dengan tipe G mendominasi sebanyak 55 persen, kemudian TRD-S (35 persen) dan E (10 persen).
"Mudah-mudahan keberadaan Agya untuk menjawab program LCGC pemerintah dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Widyawati.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Ternyata lega juga ya," kata jurnalis dari media musik, yang berada dalam satu tim uji kemudi mobil berharga terjangkau dan hemat BBM (Low Cost and Green Car/LCGC) Astra Toyota Agya, di Yogyakarta, akhir pekan ini.
Menurut GM Divisi Layanan Teknis PT Toyota Astra Motor (TAM) Dadi Hendriadi, ruang kabin yang lega menjadi salah satu andalan LCGC Toyota itu.
"Selain itu, bagasi juga dibuat lapang untuk beragam kebutuhan, termasuk bisa mengangkut lima galon air minum dalam kemasan," ujarnya.
Selain kabin yang lega, mobil murah yang dibandrol dengan harga mulai dari Rp99,9 juta sampai Rp120,75 juta itu juga dilengkapi dengan fitur dual airbags dan power steering, serta audio 2 DIN yang membuat pengemudi dan penumpang merasa aman dan nyaman.
Fitur-fitur itu membuat perjalanan dari Bandara Internasional Adisucipto menuju Restoran Abhayagiri yang terletak di Dusun Sumberwaty, Sambirejo, Prambanan, Yogyakarta terasa menyenangkan, karena putaran stir menjadi ringan, sehingga energi yang ada bisa santai menikmati jalan yang ramai sambil mendengarkan alunan musik dari radio maupun CD.
Pada tanjakan panjang dan cukup terjal menuju lokasi restoran, Agya yang mengusung mesin 1.000 cc dengan tiga silinder dan bertransmisi manual yang kami uji, mampu menghadapi tantangan dengan gigi 2 pada RPM 3.000.
"Mesin Agya merupakan pengembangan dari mesin terbaik Toyota dengan kategori satu liter yaitu 1KR engine yang juga dipakai pada Toyota iQ," kata Dadi.
Agya tepatnya mengusung mesin 1KR 998cc DOHC dengan fuel injection, yang menghasilkan tenaga maksimum 65 ps pada RPM 6.000, dan torsi 8,8 kgm pada RPM 3.600.
Bentuknya yang kecil dan kompak juga memudahkan saat parkir kendaraan dan melewati jalanan yang sempit, seperti ketika Agya melaju ke Jalan Dalem KG III Purbayan, Kota Gede, untuk melihat langsung produksi Cokelat Monggo.
Bidik
Selain mampir ke restoran yang terinsipirasi dari prasasti Abhayagiri Wihara yang ditemukan di kompleks Situs Ratu Boko, para jurnalis juga diarahkan keliling Yogyakarta selama dua hari, mulai dari titik nol kilometer kota itu yang terletak di ujung Malioboro, hingga ke pantai terkenal di provinsi itu yaitu Parangtritis.
"Yogya kami pilih, karena di sinilah 'rumahnya' mahasiswa. Sekitar 40-50 persen orang yang kerja di Jakarta berasal dari kota ini," kata GM Perencanaan Perusahaan dan Humas TAM, Widyawati Soedigdo yang bersama Dadi mendampingi jurnalis melakukan uji kemudi Agya.
Hal itu, kata dia, sesuai dengan target LGCG besutan Toyota itu, yang ingin membidik masyarakat yang ingin pertama kali punya mobil baru, dengan harga yang relatif murah, dan berbiaya rendah untuk perawatan.
Toyota memberikan fasilitas bebas biaya jasa servis hingga 50 ribu km atau empat tahun, mana yang tercapai lebih dulu, katanya.
"Jadi ceritanya rekan-rekan media menjadi alumus yang ingin berkunjung ke almamaternya, dengan mengekspresikan diri atas keberhasilan yang dicapai setelah bekerja," ujar Widyawati mengungkapkan alasan uji kemudi ke Yogyakarta.
Oleh karena itulah, para jurnalis yang dimasukkan dalam delapan kelompok diminta ke Universitas Gajah Mada (UGM) untuk menentukan fakultas yang menunjukkan ekspresi diri kelompok dalam uji kemudi bertajuk "Expressive journey" itu.
Hal senada dikemukan Manager Produk Hatchback TAM Enjang Dana Resi. Target utama pembeli Agya sebenarnya adalah mereka yang pertama kali kerja dengan pendapatan sekitar Rp4-6 juta/bulan dan telah memiliki rencana membeli mobil dengan menabung. "
Mereka ada single fighter yang membeli mobil baru sebagai hadiah kerja keras mereka, di samping meningkatkan status sosial," kata Enjang.
Target kedua, adalah pembeli mobil bekas dengan harga sekitar Rp100 juta, dan telah berencana membeli mobil baru.
Mereka, kata dia, membeli mobil baru dengan pertimbangan biaya perawatan yang lebih murah dibandingkan mobil bekas. "Target kedua used car buyers dengan pendapatan sekitar Rp5-9 juta/bulan," kata Enjang.
Sedangkan target tambahan yang dibidik Toyota adalah mereka yang telah memiliki satu mobil, namun membutuhkan kendaraan tambahan untuk anggota keluarga lainnya.
Kelompok single car ownership ini, kata dia, memiliki berpenghasilan di atas Rp9 juta/bulan.
Menurut Widyawati sejak pertama kali diluncurkan pada 9 September 2013, pembeli terbanyak justru dari berasal dari segmen mereka yang ingin menambah mobil baru atau single car ownership (41 persen) kemudian used car buyers (37,2 persen), dan single fighter (21,8 persen).
"Biasanya memang begitu, baru delapan sampai setahun kemudian akan terlihat target pembeli yang sesungguhnya. Sampai saat ini kebanyakan pembeli Agya adalah mereka yang 'punya uang' lebih," katanya.
Ia mengatakan sampai awal Oktober ini total pesanan terhadap mobil Agya mencapai sekitar 18 ribu unit, dengan tipe G mendominasi sebanyak 55 persen, kemudian TRD-S (35 persen) dan E (10 persen).
"Mudah-mudahan keberadaan Agya untuk menjawab program LCGC pemerintah dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Widyawati.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013