Pontianak (Antara Kalbar) - Sejumlah kalangan mengeluhkan sulitnya mencari gula pasir di Kota Pontianak dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir.

Ismail, penjual es "Capuccino Cincau" di Pontianak, Selasa mengatakan, kalau pun ada harganya sudah tinggi.

"Di pasar-pasar besar saja kekosongan stok gula. Jika ada, itupun harganya tinggi," kata Ismail.

Sementara Jumeri, warga Pontianak, mengakui juga kini sudah sulit untuk mencari gula di pasaran Kalbar. "Saya dapat gula sampai Rp14 ribu per kilonya. Itupun barangnya sudah sedikit. Sementara kita butuh gula setiap hari," ujarnya. Ia mengakui tidak tahu pasti apa penyebab kelangkaan gula ini.

Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya mengatakan, sejak beberapa waktu lalu, Pemprov Kalbar sudah mengusulkan agar Pos Lintas Batas Entikong di Kabupaten Sanggau bisa menjadi pintu resmi impor gula.

Ia yakin hal itu bisa memenuhi kebutuhan gula di provinsi tersebut. Menurut dia, di Kalbar tidak ada produksi gula sementara kebutuhan tinggi. "Saat ini gula asal Malaysia yang beredar di pasaran masuk secara ilegal," kata Christiandy.

Ia menambahkan, kualitas dan kesehatan pangan dari gula yang masuk itu perlu dipertanyakan karena tidak dapat langsung di konsumsi masyarakat. "Harus diolah kembali, dan butuh biaya serta mahal. Jika tidak diolah akan berbahaya dan bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti diabetes dan lain sebagainya," kata dia.

Di Kalbar, lanjut dia, ada importir resmi gula. Namun mereka kesulitan untuk bersaing dengan gula ilegal. "Karena masyarakat mengincar yang murah. Padahal gula yang murah bahaya dan masuknya tidak resmi," katanya.

Saat ini harga gula pasir yang biasanya berkisar di angka Rp10 ribu - Rp12 ribu per kilogram, kini ada yang sudah mencapai Rp17 ribu per kilogram.

T011



Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013