Pontianak (Antara Kalbar) - Sebagian warga perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Kalimantan Barat masih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Malaysia dengan pertimbangan biaya pendidikan yang murah dan prospek ke depan.

Seorang warga Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, Rosmini (45) mengatakan, dua anaknya kini bersekolah di Sarawak, Malaysia Timur.

Alasan ia menyekolahkan anaknya di Malaysia, karena pertimbangan keuangan dan prospek di masa depan.

Sekolah di Malaysia gratis, murid justru mendapat uang saku 300 ringgit Malaysia per bulan yang diberikan tiap tiga bulan. "Mereka juga tinggal di asrama, makan dan perlengkapan sekolah semua disediakan," kata Rosmini yang sehari-hari bekerja di perkebunan sawit di daerahnya.

Ia menambahkan, ketika anak berusia 15 tahun, maka akan ada kartu tanda penduduk (KTP) Malaysia, dan jika sudah tamat sekolah lanjutan atas, dapat bekerja di Malaysia.

Lambertus (48), guru SD Negeri 04 Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana menambahkan, tetap menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Putussibau (ibu kota kabupaten). Alasan tidak tertarik menyekolahkan anak-anaknya di Malaysia, karena khawatir anak-anak itu tidak terurus.

Puring Kencana adalah kecamatan terujung dari Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan ini hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari Sarawak, Malaysia Timur. Jarak tempuhnya sekitar 1,5 jam dengan berjalan kaki.

Sementara itu, jumlah murid SMPN I, Kecamatan Puring Kencana, saat ini hanya berjumlah 13 orang. Kebanyakan anak-anak setempat bersekolah di Malaysia.

Menurut Lambertus, tata cara anak Indonesia bisa sekolah di Sarawak yakni, orang tua anak tersebut mesti memiliki keluarga di Malaysia. Keluarga di sana yang akan menguruskan surah peranakan di rumah sakit atau bilik beranak di Malaysia.

Maka anak warga Indonesia harus disertai dokumen seolah-olah adalah anak keluarga Malaysia. Hal itu dibuktikan dengan surat lahir atau surat peranakan dari bidan Malaysia. Di Sarawak, menurut dia, sudah biasa merekayasa surat tersebut.

Dan jika sudah memiliki surat tersebut, baru bisa diterima di sekolah Malaysia. Dan secara otomatis, anak Indonesia itu menjadi warga Malaysia, dan anak keluarga Malaysia. 








Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013