Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat Abdul Manaf Mustafa mengatakan belum diperlukan operasi pasar untuk mengendalikan harga telur ayam yang terus meningkat menjelang hari raya Imlek 2565.

"Sampai sekarang kelihatannya belum diperlukan, karena masih tergolong normal," kata Abdul Manaf Mustafa di Pontianak, Rabu.

Ia melanjutkan, kondisi saat ini juga berbeda dengan Idul Fitri dimana permintaan telur melonjak drastis.

Menurut Abdul Manaf, kenaikan harga lebih dipicu kondisi alam dan geografis di Kalbar.

"Menjelang Imlek, biasanya memang permintaan naik, tetapi tidak setinggi saat Idul Fitri," ujar Abdul Manaf.

Kemudian, cuaca yang buruk akhir-akhir ini membuat nelayan enggan melaut. Sementara masyarakat Kalbar terutama di daerah pesisir gemar mengonsumsi ikan.

"Karena ikan susah dan gelombang laut tinggi, masyarakat pun beralih ke telur," ujar dia.

Gelombang tinggi juga membuat harga pakan telur naik karena pasokan berasal dari Jawa.

Selain itu, jalan yang rusak ke daerah hulu membuat biaya pengiriman meningkat. "Ada faktor risiko yang harus diperhitungkan," katanya.

Ia melanjutkan, berdasarkan dari Asosiasi Agribisnis Perunggasan, stok telur ayam yang terdapat di gudang mencapai 900 ton.

"Produksi per hari, berkisar 90 ton telur ayam," katanya. Sementara harga telur per butir, mencapai Rp1.500.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014