Kalbar (ANTARA) - “Matikan lampu senter!” kata Zulfian Emon setengah berteriak.
Suara bernada perintah itu terlontar spontan setelah ia menemukan posisi seekor penyu yang naik bertelur di Pantai Sungai Belacan pada awal Juli 2024.
Malam itu seekor penyu hijau (Chelonia mydas) naik ke darat untuk bertelur. Bila bias cahaya terlalu terang, penyu akan terganggu dan tidak jarang batal bertelur dan kembali ke laut.
Zulfian mengikuti jejak penyu di atas pasir dan menemukan penyu itu sedang menggali lubang untuk meletakkan telurnya.
“Masih menggali lubang sarang jebakan,” kata Zulfian pula.
Perilaku unik penyu dengan membuat lubang jebakan adalah upaya melindungi dan mengamankan telur dari predator.
Salah satu satwa predator telur penyu adalah biawak. Namun, predator paling ganas adalah manusia yang kerap mencuri telur dan memperdagangkannya.
Perilaku manusia yang memburu telur penyu membuat penurunan populasi penyu, spesies dilindungi, menyusut drastis.
Zulfian Emon bersama anggota kelompok Wahana Bahari rutin memantau dan mengamankan penyu bertelur yang naik ke pesisir Paloh.
Setiap malam mereka bergantian berpatroli di sepanjang 3,5 kilometer Pantai Sungai Belacan yang menjadi lokasi penyu bertelur.
Area itu dibagi menjadi tujuh sektor dengan jarak masing-masing sektor sepanjang 500 meter. Kali ini penyu yang naik bertelur di sektor lima.
Pada malam itu, peserta patroli tidak hanya anggota Kelompok Masyarakat (Pokmas) Wahana Bahari tapi juga sejumlah anggota Pramuka yang menjadi peserta Festival Pesisir Paloh 2024 yang digelar di Pantai Temajuk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Secara bergantían peserta festival mendapatkan pengalaman patroli penyu sebagai bagian dari rangkaian festival yang berlangsung 4 hari.
Setiap malam selama festival, sekira pukul 21.00 WIB peserta berkumpul di pos pemantauan penyu yang dikelola Pokmas Wahana Bahari di Pantai Sungai Belacan.
Selanjutnya mereka dibagi dalam beberapa kelompok kecil lagi untuk berpatroli, khususnya menyaksikan penyu yang naik ke darat untuk bertelur.
“Biasanya selalu ada penyu yang naik bertelur, seperti malam ini ada empat yang naik ke darat, tiga bertelur, sedangkan satu penyu kembali lagi ke laut, tidak bertelur,” kata Zulfian, Koordinator Pokmas Wahana Bahari.
Keikutsertaan peserta festival dalam patroli penyu ini merupakan bagian dari edukasi konservasi penyu di pesisir perairan Paloh.
Lawan perburuan liar
Sepanjang 63 kilometer garis pantai pesisir Paloh berstatus Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) yang dilindungi untuk melestarikan penyu yang merupakan spesies terancam punah.
Kawasan inti wilayah konservasi ini berada di Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang merupakan wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Terdapat tiga kelompok pemantau penyu di wilayah ini yaitu kelompok Wahana Bahari, Kambang Borneo, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sebubus.
Pendiri kelompok Wahana Bahari, Johardi, mengatakan maraknya perburuan telur penyu melatarbelakangi pembentukan kelompok pemantauan penyu di pesisir Paloh.
“Sebagian besar telur penyu diburu atau dicuri kemudian dijual secara ilegal ke negara tetangga, Malaysia,” katanya.
Perdagangan ilegal telur penyu di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia ini yang diperkirakan bisa mencapai Rp1 miliar per tahun.
Perburuan penyu dan telurnya merupakan tindakan melawan hukum pidana, sebab penyu adalah spesies dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDAE).
Johardi yang merupakan mantan pemburu telur penyu “bertobat” setelah ia berkenalan dengan salah satu lembaga konservasi internasional yang mengedukasi warga tentang pentingnya pelestarian penyu di Paloh.
Sejak 2011 hingga saat ini ia bersama 25 orang anggota kelompok Wahana Bahari konsisten melindungi pesisir Pantai Sungai Belacan untuk memastikan penyu yang naik ke darat bertelur dengan aman.
Meski sebagian warga sudah sadar tentang urgensi pelestarian penyu, aksi perburuan terhadap penyu dan pencurian telurnya masih terus terjadi.
Selama 4 tahun terakhir, menurut Johardi, jumlah penyu yang naik ke daratan Pantai Sungai Belacan untuk bertelur menyusut drastis.
“Sejak tahun 2020 jumlah penyu yang naik bertelur paling banyak 10 ekor. Sebelum itu bisa lebih dari 30 ekor per hari,” ucapnya.
Ia pun membagikan pengalaman yang membekas berkaitan dengan upaya menghalau pencurian telur penyu di pesisir Paloh.
Suatu malam pada 2022 saat giliran berpatroli, Johardi bertemu dengan dua pemburu telur penyu. Berniat menangkap basah aksi pemburu tersebut, ia malah mendapat luka sabetan pisau di bagian tangannya.
“Saya lari menyelamatkan diri ke arah pos dan memanggil rekan lain. Setelah kami kembali ke lokasi, kedua pencuri itu juga sudah lari sebelum sempat mencuri telur,” katanya.
Wisata edukasi penyu
Perburuan liar yang masih marak membuat kelompok Wahana Bahari mengubah strategi pengamanan dan perlindungan penyu.
Anggota kelompok ini rutin memantau penyu yang naik ke darat untuk bertelur lalu mengamankan telur penyu tersebut dan membuat area pengeraman di sekitar pos pemantau penyu Pantai Sungai Belacan.
Setiap tahun kelompok ini mengamankan 30 ribu telur penyu yang berhasil ditetaskan lali dilepasliarkan ke perairan Paloh.
Pelepasliaran ratusan tukik atau anak penyu juga menjadi bagian dari kegiatan Festival Pesisir Paloh 2024 yang digelar Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melestarikan penyu.
Festival ini kembali digelar setelah vakum sejak 2018 akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia.
“Festival ini menjadi ajang untuk memotivasi masyarakat luas khususnya pemuda untuk terlibat dalam konservasi laut terutama penyu,” kata Kepala BPSPL Pontianak, Syarif Iwan Taruna Alkadrie di Paloh.
Sebanyak 500 orang peserta festival terdiri atas pemuda dan pelajar yang berasal dari berbagai kabupaten di Kalimantan Barat dan dikolaborasikan dengan Kemah Pemuda Pesisir yang diikuti perwakilan pemuda negara tetangga, Malaysia.
Para peserta diedukasi tentang konservasi penyu, mulai dari mengikuti patroli bersama hingga melepasliarkan ratusan tukik di Pantai Temajuk.
Peserta festival ini diharapkan bisa menjadi duta untuk mengampanyekan konservasi laut, terutama penyu.
Dalam catatan BPSPL, perairan Paloh seluas 168 ribu hektare merupakan habitat bertelur empat jenis penyu yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Seluruh jenis penyu tersebut memiliki fungsi vital dalam menjaga ekosistem laut yang sehat. Penyu hijau, misalnya, memiliki peran menjaga keberlangsungan hidup lamun dan rumput laut. Ketika penyu mengonsumsi lamun maka secara langsung membantu menambah nutrisi dan produktivitas lamun.
Seluruh jenis penyu tersebut juga merupakan spesies dilindungi peraturan perundang-undangan sehingga seluruh bagian penyu baik daging, kerapas, telur, dan bagian lainnya tidak boleh dieksploitasi dan diperjualbelikan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalbar Frans Zeno mengatakan selain edukasi konservasi penyu, festival ini juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata ke daerah ini.
Pos pemantauan penyu yang dikelola masyarakat di tiga titik di Desa Sebubus diharapkan menjadi pusat wisata edukasi tentang konservasi penyu.
Kalau hanya untuk wisata pantai bisa ke Singkawang, Mempawah, atau Bengkayang.
"Akan tetapi untuk merasakan wisata edukasi atau ikut memantau penyu bertelur hanya ada di perairan Paloh,” kata Frans.
Editor: Achmad Zaenal M