Jakarta (Antara Kalbar) - Kasubdit Anak Perlindungan Khusus Kementerian Sosial Untung Basuki mengatakan, anak-anak korban bencana di pengungsian membutuhkan pusat perlindungan khusus untuk mereka.
"Di pengungsian perlu ada semacam 'shelter' khusus anak, sebagai pusat perlindungan dan data mereka," kata Untung Basuki di Jakarta, Senin.
Untung mengatakan, selama ini seperti dii pengungsian korban erupsi Gunung Sinabung Provinsi Sumatera Utara tidak memiliki "shelter" khusus untuk anak.
"Kita sudah pernah buat tenda khusus untuk semua kegiatan anak, tapi akhirnya diisi pengungsi umum, jadi memang sulit harus mengumpulkan anak-anak lagi waktu kita habis untuk itu saja," ucapnya.
Anak-anak, menurut dia adalah termasuk dalam kelompok rentan dalam bencana, mereka tidak bisa mengurus dirinya sendiri dan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Untuk itu anak membutuhkan perlindungan khusus agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, berkaca dari pengalaman bencana alam sebelumnya.
Ia mencontohkan seperti bencana tsunami di Aceh, di mana ada kasus-kasus anak yang terpisah dari orang tuanya dan ditemukan di daerah lain, bahkan di luar negeri.
"Kita ingin mencegah ini terulang kembali, maka butuh pendataan yang akurat tentang anak pengungsi," tambah dia.
Selain membutuhkan pusat perlindungan khusus anak, juga diperlukan alat-alat permainan untuk menghilangkan trauma anak dan melepaskan dari suasana bencana.
Permainan menjadi cara pemulihan trauma anak yang paling penting, ujar Untung. Kementerian Sosial membuat Pondok Anak Ceria sebagai bentuk "trauma healing" di pengungsian.
(Chandra HN)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Di pengungsian perlu ada semacam 'shelter' khusus anak, sebagai pusat perlindungan dan data mereka," kata Untung Basuki di Jakarta, Senin.
Untung mengatakan, selama ini seperti dii pengungsian korban erupsi Gunung Sinabung Provinsi Sumatera Utara tidak memiliki "shelter" khusus untuk anak.
"Kita sudah pernah buat tenda khusus untuk semua kegiatan anak, tapi akhirnya diisi pengungsi umum, jadi memang sulit harus mengumpulkan anak-anak lagi waktu kita habis untuk itu saja," ucapnya.
Anak-anak, menurut dia adalah termasuk dalam kelompok rentan dalam bencana, mereka tidak bisa mengurus dirinya sendiri dan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Untuk itu anak membutuhkan perlindungan khusus agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, berkaca dari pengalaman bencana alam sebelumnya.
Ia mencontohkan seperti bencana tsunami di Aceh, di mana ada kasus-kasus anak yang terpisah dari orang tuanya dan ditemukan di daerah lain, bahkan di luar negeri.
"Kita ingin mencegah ini terulang kembali, maka butuh pendataan yang akurat tentang anak pengungsi," tambah dia.
Selain membutuhkan pusat perlindungan khusus anak, juga diperlukan alat-alat permainan untuk menghilangkan trauma anak dan melepaskan dari suasana bencana.
Permainan menjadi cara pemulihan trauma anak yang paling penting, ujar Untung. Kementerian Sosial membuat Pondok Anak Ceria sebagai bentuk "trauma healing" di pengungsian.
(Chandra HN)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014