Damaskus (Antara/Xinhua-OANA) - Tindakan Israel di Dataran Tinggi Golan belum lama ini, termasuk menyediakan perawatan buat para pemberontak Suriah dan menempatkan kembali tentaranya di kota kecil perbatasan dengan Suriah, telah memberi tanda negeri Zionis itu berusaha mengulangi skenario 1980-an.

Saat itu Israel menggunakan anggota milisi pro-Israel di Lebanon sebagai garis pertahanan untuk melindungi kepentingannya sendiri, kata beberapa pengamat.

"Yang penting buat Israel ialah keamanannya, terhadap apa yang telah kita saksikan mengenai penempatan kembali tentara di Kota Kecil Ghajar, yang diduduki Israel. Tel Aviv melobi pemberontak di Suriah Selatan sebagai upaya untuk menciptakan tentara pemberontak Suriah Selatan seperti yang dilakukannya dalam perang saudara Lebanon pada 1980-an," kata Maher Murhej, pengulas politik dan pemimpin Partai Pemuda Suriah.

Laporan di surat kabar Lebanon, Al-Akhbar, dengan mengutip pernyataan seorang perwira senior Israel, pada Februari mengatakan Israel telah menerima sebanyak 1.600 pemberontak Suriah. Israel memberi mereka perawatan medis di beberapa rumah sakitnya di Israel utara, dekat wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan.

Sementara itu, laporan tersebut menyatakan kontak antara Israel dan pemberontak Suriah bukan hanya terbatas pada perawatan milisi Suriah yang cedera tapi juga sampai kepada penciptaan sejenis saling pengertian dengan kaum pemberontak di Suriah Selatan, kalau-kalau Pemerintah Suriah ambruk.

Selama perang saudara di Lebanon, Israel mendukung Tentara Lebanon Selatan (SLA), milisi Lebanon yang beroperasi di Lebanon Selatan dan kebanyakan didukung oleh Israel selama konflik Lebanon Selatan 1982-2000. Milisi tersebut berperang melawan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Hizbullah.

Israel mendukung SLA untuk dijadikan sebagai garis pertahanan terhadap PLO dan Hizbullah, dan tindakannya baru-baru ini dipercaya sebagai pengulangan skenario yang sama, kata beberapa pengulas.

"Kita menyaksikan upaya yang sama di Suriah Selatan dan itu dibuktikan lewan tindakan Israel di Kota Kecil Al-Ghajar. Dan zona penyangga antara Israel dan Suriah sekarang menjadi pangkalan buat gerilyawan bersenjata, yang tak ingin melancarkan serangan terhadap Damaskus tapi berlindung di daerah itu guna melindungi keamanan Israel dan permukimannya," kata Murhej kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.

Abdul-Hamid Salhab, seorang pengulas lain, mengumandangkan pendapat Murhej, tapi menambahkan upaya semacam itu akan gagal akibat kehadiran kuat tentara Suriah.

Pada Rabu, Israel menembakkan beberapa roket dari Dataran Tinggi Golan ke satu kota kecil di Provinsi Qunaitera di Suriah Selatan.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan serangan tersebut adalah tanda mengenai kerja sama Israel dengan pemberontak Suriah.

Menteri Luar Negeri Suriah Walid Al-Moallem mengatakan serangan Israel adalah "reaksi terhadap operasi untuk mendahului oleh militer Suriah", yang menggagalkan upaya Israael untuk membuat zona penyangga di dekat Dataran Tinggi Golan.

Operasi "pre-emptive" militer adalah serangkaian pertempuran terhadap milisi bersenjata di berbagai daerah di Suriah Selatan, kata para ahli.

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014