Pontianak (Antara Kalbar) - Penanganan kesehatan reproduksi di kalangan remaja Provinsi Kalimantan Barat membutuhkan aksi multi sektor yang melibatkan berbagai pihak guna menekan angka pernikahan pada usia dini.

Menurut Roganda Solin dari Wahana Visi Indonesia Provinsi Kalbar di Pontianak, Sabtu, berdasarkan riset kesehatan dasar Tahun 2010, usia perkawinan pertama di Kalbar didominasi pada usia 15 - 19 tahun.

"Yakni mencapai 41,9 persen. Diikuti perkawinan pertama pada usia 20 - 24 tahun, dengan prosentase 33,6 persen," katanya.

Sementara berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012, Kalbar menempati peringkat pertama angka kelahiran usia muda.

"Ada kasus 104 kelahiran dari wanita usia 15 - 19 tahun dari seribu kelahiran," kata Roganda saat diskusi bersama puluhan jurnalis dari Ikatan Penulis Keluarga Berencana Provinsi Kalbar.

Ia melanjutkan, dampak dari pernikahan usia dini diantaranya lama rata-rata sekolah menjadi rendah, angka perceraian tinggi, kekerasan dalam rumah tangga, peluang angka ibu melahirkan meningkat, dikeluarkan dari sekolah, bayi berat badan lahir rendah, gizi buruk, kerdil, balita meninggal.

Provinsi Kalbar, ungkap dia, menempati peringkat yang tinggi untuk kasus bayi berat lahir rendah, bayi pendek, gizi kurang.

Untuk itu, ia menambahkan, langkah yang dapat dilakukan seperti pentingnya kebijakan mengenai kesehatan reproduksi dan gizi di sekolah formal (SMP - SMA), kebijakan untuk menekan pernikahan di usia remaja.

Kemudian, pemerintah perlu menggandeng pihak universitas untuk melakukan riset terkait isu kesehatan reproduksi - pernikahan dini. Selain itu, peningkatan kapasitas orang tua mengenai kesehatan reproduksi, meningkatkan peran pola asuh dalam keluarga.

Lalu, melatih remaja sebaya, penguatan dan pendampingan kelompok-kelompok anak yang sudah ada baik dari pemerintah maupun orang dewasa lainnya.

"Memperbanyak aktivitas positif dan ruang ekspresi bagi anak dan remaja di tingkat kota, atau kecamatan yang mudah diakses serta tetap diawasi oleh orang dewasa (pemerintah atau swasta)," kata Rogand.

Kemudian, memperkuat peran lembaga adat/tokoh ada serta lembaga agama/tokoh agama, mengenai bahaya pergaulan bebas kepada para remaja dan dampak pernikahan dini sebagai kontrol sosial.

Mengadakan dialog publik mengenai bahaya dan dampak pernikahan dini bagi generasi yang dilahirkan, menyediakan media komunikasi informasi yang sesuai dengan usia remaja.

WVI merupakan lembaga swadaya masyarakat dengan visi untuk setiap anak hidup utuh sepenuhnya.

Fokus strategis di regional Kalbar yakni peningkatan kualitas pendidikan PAUD dan SD, serta pemberdayaan anak untuk berpartisipasi dalam pemenuhan hak anak.

***3***

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014