Jakarta (Antara Kalbar) - Pakar sosiologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk mengatakan, pemerekan atau "branding" mampu mempengaruhi pemilih.

"Pengaruhnya bisa mencapai 50 persen," ujar Hamdi usai acara "Personal Branding, Kunci Kesuksesan di Dunia Politik" karya Dewi Haroen di Jakarta, Minggu.

Di Tanah Air, sambung dia, pemerekan hanya efektif dilakukan oleh perorangan dan tidak efektif untuk partai.

Alasannya karena sebagian besar partai di Tanah Air tidak memiliki ideologi yang jelas.

"Kampanye sepi karena partai terlambat mengantisipasi zaman," kata dia.

Partai saat melakukan kampanye dengan mengerahkan massa, retorika, dan kemudian hiburan.

"Saya tidak yakin itu simpatisan. Sebenarnya kalau untuk partai, lebih cocok sistem dari pintu ke pintu." ujarnya.

Namun hal itu, membutuhkan waktu yang cukup panjang.

"Pemerekan memang membutuhkan waktu yang panjang. Jokowi bisa cepat karena dibantu blusukannya saja," ucapnya.

Hamdi menambahkan, politisi yang berhasil melakukan pemerekan yakni Rieke Dyah Pitaloka.

"Rieke bermain dalam soal TKI dan tenaga kerja. Jadi, dia hanya bermain di lingkup itu saja," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin mengatakan, pemerekan adalah hal yang sangat manusiawi.

"Branding adalah hasil dari produk manupulatif. Bisa menjadi baik, tetapi bisa juga buruk," kata Din.

(I025/F.C. Kuen)

Pewarta: Indriani

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014