Pontianak (Antara Kalbar)- Kepala Kepolisian Resor Bengkayang AKBP Vendra Riviyanto menyatakan situasi keamanan di Desa Sendoreng, Kecamatan Menterado, Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat setelah perusakan bangunan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), Selasa, sudah kondusif.

"Kami sudah dua kali melakukan pertemuan dengan pejabat Pemerintah Kabupaten Bengkayang dan masyarakat kedua belah pihak yang sebelumnya terjadi salah paham, hasilnya keduanya sudah sepakat damai," kata Vendra Riviyanto saat dihubungi di Bengkayang, Selasa.

Ia menjelaskan kasus itu terjadi karena kurangnya toleransi kedua belah pihak, sehingga terjadi perusakan bangunan GPdI, meskipun kedua masyarakat itu sama-sama pemeluk Kristiani.

"Meskipun sudah kondusif, kami masih menugaskan dua orang anggota polisi di sekitar lokasi kejadian," ujarnya.

Sebelumnya, Minggu (8/6) ratusan massa merusak bangunan GPdI karena aktivitas peribadatan Gereja dianggap melanggar ritual adat Samsam masyarakat setempat yang sedang berlangsung.

Ritual adat Samsam merupakan ritual tolak bala ataupun bersih kampung masyarakat Adat Dayak di Sendoreng. Ritual itu dilakukan satu tahun sekali, dalam ritual itu setiap warga desa dilarang untuk melakukan aktivitas dan membuat keributan.

Diduga suara alat musik dari Gereja yang terlalu keras itu kemudian menyulut massa marah, karena mengganggu ritual Samsam.

Kapolres Bengkayang menyatakan kejadian itu murni terjadi di lingkungan masyarakat Desa Sendoreng, dan bukan ada motif lainnya.

Dia mengimbau kepada masyarakat setempat dan Bengkayang umumnya untuk meningkatkan toleransi antar-sesama. Sikap saling menghargai dan menghormati antar-sesama menurutnya kunci kerukunan.
Vendra berharap kejadian serupa tidak lagi terjadi, sehingga keamanan dan ketertiban masyarakat di Bengkayang .

Pewarta: Andilala

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014