Sydney (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Orang tua tunggal jauh lebih mungkin untuk memiliki anak yang kelebihan berat, demikian satu studi Australia yang disiarkan pada Kamis.

Australian Institute of Health dan organisasi Welfare menduga kecenderungan kegemukan tersebut disebabkan oleh penghasilan rendah, ketidak-mampuan untuk membiayai keterlibatan dalam olah raga yang teratur dan ketidak-mampuan untuk membeli makanan yang sehat, kata News Corp Australia.

Studi itu mendapati ada lebih banyak anak perempuan yang kelebihan berat dan kegemukan dibandingkan dengan anak lelaki, dan hampir satu dari empat anak yang berusia sembilan tahun kelebihan berat dan kegemukan saat mereka berusia 14 tahun. Sebanyak 27 persen remaja, katanya, kelebihan berat atau kegemukan.

Anak perempuan menghadapi perjuangan lebih berat dengan bobot dan bentuk tubuh mereka, sedangkan 25 persen anak lelaki yang berumur di bawah 15 tahun kelebihan berat atau kegemukan, 27 persen anak perempuan bertubuh gemuk.

Memiliki orang tua tunggal, keluarga dengan penghasilan rendah dan tinggi di luar kota besar utama adalah juga faktor resiko bagi kegemukan pada anak-anak, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.

Lebih dari 35 persen anak dengan orang tua tunggal kelebihan berat atau kegemukan, dibandingkan dengan 24 persen anak yang hidup di keluarga dengan dua orang tua.

Dewan Nasional Ibu Tunggal dan anak mereka mengatakan salah satu faktor penting yang menjadi penyebab anak kegemukan dalam keluarga itu adalah anak tak ikut dalam olah raga yang terorganisir sebab mereka tak bisa menanggung biayanya.

"Makanan juga adalah masalah besar," katanya.

Satu studi yang disiarkan awal tahun ini mendapati satu keluarga dengan penghasilan rendah harus mengeluarkan separuh upah mingguan mereka untuk mengkonsumsi makanan yang sehat berupa sedikit daging, buah, sayuran yang disarankan dalam panduan makan resmi nasional.

Profesor Louise Baur, ahli masalah kegemukan pada anak dari Sydney  University, mengatakan kegemukan pada anak dan remaja umum terjadi pada orang dari latar belakang yang kurang beruntung dan penghasilan yang lebih rendah.

"Jadi, bagian dari kaitan dengan rumah tangga orang-tua tunggal boleh jadi juga berhubungan dengan penghasilan yang lebih rendah," kata wanita profesor tersebut.

(C003/Chaidar)

Pakar : Air Yang Dimasak Hilangkan Oksigen

Indriani

Bekasi (Antara Kalbar) - Pakar teknologi membran dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr I Gede Wenten mengatakan air minum yang dimasak kurang bagus karena oksigen di air tersebut hilang.

"Tidak baik mensosialisasikan air yang dimasak, karena tidak sehat. Oksigennya hilang ketika dimasak," ujar Wenten disela-sela peresmian produksi massal mesin penjernih air yang menggunakan teknologi membran atau "Integrated Home Drinking Water Purifier Technology-Antibacterial Nano Particle Hollow-Fiber Membrane"di PT Yasunli Abadi Utama Plastik di Kawasan Industri MM2100 Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Kamis.

Pengolahan air yang baik, sambung dia, seharusnya hanya menghilangkan bakteri yang terkandung dalam air tersebut.

"Lebih baik menggunakan teknologi membran sebagai penjernih air,"imbuh dia.

Selain itu, air yang dimasak secara ekonomi berbiaya tinggi karena harga gas yang mahal.

"Jika menggunakan gas, satu liter air Rp800, maka menggunakan teknologi membran hanya Rp100."
          
Berdasarkan peraturan dari Badan Kesehatan PBB atau WHO, menyebutkan bahwa alat komersial air tidak boleh mengurangi kandungan magnesium dan kalsium dalam air.

Namun sayangnya, saat ini banyak penjernih air yang menghilangkan kandungan tersebut.

Penjernih air tersebut menggunakan teknologi terintegrasi "Antibacterial Nano Particle Hollow-Fiber Membrane".

Dia menjelaskan teknologi pada penjernih air tersebut memiliki  keunggulan karena mengintegrasikan lima teknologi, sehingga air minum yang dihasilkan dipastikan sehat dan layak konsumsi.

Air yang disaring melalui penjernih air tersebut, bebas dari bakteri-bakteri karena ukuran membran lebih kecil dari bakteri.

(I025/Z. Meirina)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014