Jakarta (Antara Kalbar) - Penelitian tentang vaksin malaria mulai memasuki titik terang di Rhode Island Hospital, AS, dan diharapkan keberhasilan penemuan vaksin itu dapat mencegah kematian akibat malaria yang di Afrika terjadi setiap menitnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbang) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Senin, mengutip laporan penelitian tersebut yang saat ini memasuki masa eksperimen pada tikus percobaan yang akan dilanjutkan pada kera laboratorium dalam 4-6 minggu mendatang.

"Bila eksperimen pada kera juga berhasil nantinya, maka akan dapat dimulai uji klinik fase 1 dalam 18 bulan mendatang dan bila sukses tentu akan diteruskan ke fase 2, fase 3 dan bahkan fase 4 sampai dipasaran," ujar Tjandra melalui surat elektronik.

Penelitian tersebut juga penting bagi Indonesia yang meski telah menerima sertifikat bebas malaria pada 212 kabupaten/kota di 29 provinsi namun pada 2013 mencatat ada 343.527 kasus, sebagian besar ditemukan di daerah Indonesia timur.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan di Rhode Island Hospital itu menggunakan darah dan sample dari ratusan anak Tanzania di Afrika.

Seperti diketahui bahwa malaria disebabkan oleh parasit plasmodium malaria yang disebarkan oleh nyamuk anofeles yang menularkan melalui gigitan.

Jika seseorang digigit nyamuk maka parasit akan menyerang dan masuk sel darah merah kemudian merusak dan memecah keluar dari sel darah merah dan masuk ke sirkulasi di hati (hepar) pasiennya dimana penyakitnya dapat makin progresif sampai pasien mungkin meninggal dunia.

"Peneliti National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat mengidentifikasi bahwa suatu protein tertentu, namanya 'dubbed PfSEA-1' adalah protein yang dibutuhkan oleh parasit malaria untuk keluar dari sel darah merah yang mereka serang." ujar Tjandra.

Peneliti kemudian menemukan semacam antibodi yang dikirim oleh sistem imun tubuh yang kemudian merusak fungsi protein itu sehingga protein "dubbed PfSEA-1" kehilangan kemampuannya dan membuat parasit malaria akan tetap terperangkap di dalam sel darah merah.

Dengan memperangkap parasit di sel darah merah maka penyakit malaria itu akan berhenti prosesnya.

"Tentu masih dibutuhkan penelitian panjang sebelum kandidat vaksin melalui mekanisme penghambatan protein 'dubbed PfSEA-1' dapat berhasil nantinya. Kalau berhasil maka akan jadi penelitian besar dunia kedokteran dan juga untuk kehidupan manusia," kata Tjandra.

(A043/R. Chaidir)

Pewarta: Arie Novarina

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014