Malang (Antara Kalbar) - Ekstrak kulit ubi jalar ungu (Ipomea Batatas L) bisa digunakan untuk membantu mengatasi diabetes melitus tipe 2 karena mengandung antosianin yang dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang meneliti efek kandungan antosianin pada ekstrak kulit ubi jalar ungu tersebut pada penurunan kadar gula darah dan aktivitas hormon insulin.

"Antosianin tersebut dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensivitas insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2," kata anggota tim peneliti, Akbar Setyo Pambudi, Jumat.

Akbar mengatakan kulit ubi jalar ungu selama ini masih menjadi limbah padahal kandungan antosianinnya yang tinggi bisa dimanfaatkan dalam penanganan penderita diabetes melitus tipe 2.

Ia menjelaskan, antosianin rawan rusak akibat proses termal karena itu pengolahan kulit ubi jalar ungu harus dilakukan secara khusus untuk mempertahankan kadar antosianinnya, antara lain melalui ekstraksi menggunakan Microwave Assisted Extraction (MAE). 

Para peneliti menggunakan metode MAE untuk mengekstraksi kulit ubi jalar ungu dalam penelitian ini lalu menguji efek antosianin dalam ekstrak kulit ubi jalar ungu pada tikus yang dibuat diabetes dalam studi in vivo. 

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan serta mampu meningkatkan sensitivitas insulin pada tikus-tikus percobaan.

Menurut para peneliti, antosianin dapat mempengaruhi kadar gula darah dan sensitivitas insulin melalui aktivasi AMP-activated protein kinase (AMPK), yang diikuti oleh peningkatan ekspresi GLUT 4 yang kemudian dapat meningkatkan serapan glukosa ke dalam jaringan.

Para peneliti menyatakan bahwa masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kapan dan berapa lama AMPK dapat diaktifkan. 

Meski demikian mereka menyatakan penderita diabetes melitus tipe 2 bisa menjadikan ekstrak kulit ubi jalar ungu sebagai salah satu alternatif untuk menjaga kadar gula darah.

"Kami berharap dengan adanya hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat dalam mengatasi masalah DM di Indonesia, sebab DM merupakan penyakit yang tingkat bahayanya sangat tinggi," kata Akbar.

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah yang tidak normal akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. 

Penderita DM tipe 2 mengalami kondisi yang disebut resistensi insulin yang membuat tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin untuk menjaga kadar gula darah pada tingkat normal

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014