Washington (Antara/AFP) - Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Holder Ahad mengatakan bahwa laporan mengenai bersatunya para pembuat bom asal Yaman di Suriah adalah "hal yang lebih menakutkan dibanding apapun" yang pernah diketahui sebelumnya.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi ABC News, Holder menyebut kerja sama antara pembuat bom dari Yaman dengan pemberontak di Suriah sebagai "kombinasi yang mematikan."
    
Mengutip sumber yang dirahasiakan identitasnya, ABC News mengatakan intelejen Amerika Serikat mengetahui kemampuan para pembuat bom dari Yaman. Mereka diduga telah berhasil mengembangkan barang peledak yang dapat dimasukkan ke dalam komputer jinjing.

"Kita saat ini berada dalam situasi yang berbahaya," kata Holder merujuk pada terbentuknya jaringan antara para ahli teknis dengan "orang-orang yang rela mengorbankan nyawanya (untuk meledakkan bom bunuh diri)."
    
"Ini adalah hal yang membuat kami sangat-sangat khawatir. Dalam beberapa hal, hal tersebut lebih menakutkan dibanding apapun yang pernah diketahui oleh kejaksaan," kata Holder.

Komentar Holder tersebut disampaikan bersamaan dengan kebijakan pengetatan keamanan penerbangan menuju Amerika Serikat.

Pada awal bulan ini, pemerintah Amerika Serikat memberlakukan sistem keamanan baru bagi penumpang pesawat asal Eropa dan Timur Tengah.

Pengetatan keamanan itu ditujukan karena kekhawatiran mengenai Al-Qaida yang diduga sedang mengembangkan bom berukuran kecil dan dapat dimasukkan ke dalam pesawat tanpa terdeteksi.

ABC--mengutip seorang sumber dari Departemen Homeland Security--mengatakan bahwa ancaman itu "berbeda dibandingkan dengan ancaman penerbangan pada masa lalu.

Pada November 2010 lalu. Kelompok Al-Qaida di Yaman (AQAP) mengaku bertanggung jawab atas rencana pengiriman hadiah berisi bom ke Amerika Serikat.

Kelompok tersebut juga mengaku telah meletakkan bom di pesawat kargo milik perusahaan pengiriman internasional UPS pada dua bulan sebelumnya. Pesawat itu meledak di atas gurun Dubai dan menewaskan dua orang pilot.

Orang yang diduga menjadi otak serangan itu, Ibrahim al-Asiri, saat ini saat ini dicurigai tengah bersembunyi di daerah terpencil sebelah selatan Yaman.

Al-Asiri adalah pria berusia 32 tahun asal Arab Saudi. Dia mempunyai kemampuan untuk mengembangkan bom yang sulit dideteksi.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada bulan lalu sempat memperingatkan negara-negara Eropa akan bahaya para jihadis asal benua tersebut yang turut berperang ke Suriah.

Obama juga mengatakan bahwa jihadis itu juga membahayakan Amerika Serikat karena paspor Eropa yang dimiliki membuat mereka dapat memasuki negeri Paman Sam tanpa visa.

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014