Solo (Antara Kalbar) - Pelawak Gogon mengungkapkan banyaknya kenangan yang tidak bisa dilupakan saat manggung bersama almarhum Mamiek Prakoso, khususnya semasa masih di grup lawak Srimulat.

"Saya yang berperan orang digantung. Salah talinya saya hampir mati seperti digantung beneran," katanya di sela-sela memberangkatkan jenazah Mamiek Prakoso ke Ngawi di Rumah Sakit Brayat Minulyo Solo, Minggu petang.

Menurut Gogon, almarhum Mamiek saat itu, sebagai sutradaranya dan dia tidak tahu jika dirinya betul-betul seperti digantung beneran. Namun, dirinya masih untung selamat karena hanya beberapa detik saja.

Gogon yang mempunyai ciri khas dengan rambutnya dikuncung tersebut mengatakan, teman-temannya di Srimulat merasa kehilangan Mamiek yang mendahului menghadap Tuhan Yang Maha Esa.

"Padahal, almarhum sebelumnya kondisinya sehat-sehat saja. Dan, saya justru yang diminta almarhum untuk menjaga kesehatan karena sering sesak nafas," katanya.

Gogon menjelaskan, rencananya mantan pemain Srimulat akan datang menengok Mamiek di RS Brayat Minulyo Solo, Selasa (5/8). Mereka adalah Tarzan, Kadir, Tessy akan bertemu dengan Nunung, dan dirinya di Solo.

"Mantan pemain Srimulat ini mempunyai komunitas, yakni Gabungan Pelawak dan Pengusaha (Gaplek). Mereka bergerak di bidang sosial ingin membesuk Mamiek di Solo, tetapi almarhum sudah tiada meninggakan kami," kata Gogon.

Menurut dia, banyak kenangan bersama almarhum Mamiek ketika di Jakarta, yakni selalu tidur di tempatnya bersama ayah Mamiek, Suranto.

Menurut Gogon, Mamiek mulai bergabung dengan Grup Srimulat di Solo pada 1985, sedangkan dirinya lima tahun sebelumnya. Mamiek kelahiran tanggal 6 April 1961, usianya sekitar 53 tahun.

"Saya saat itu, sering menjadi sutradara Grup Srimulat, dan Mamiek baru masuk ikut bermain. Saya banyak kenangan saat bersama Mamiek," kata Gogon.

Mantan Bupati Karangnyar Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningsih mengatakan dirinya berteman baik dengan Mamiek Prakoso, karena pernah manggung bersama.

Menurut Rina, Mamiek merupakan seniman yang santun dan tetap saling menghargai dengan orang lain.

"Saya pernah bermain satu panggung dengan almarhum, dan dia bermain kelihatan kaku dengan saya. Dia karena menghargai saya sebagai Bupati saat itu," kata Rina.

 Mamiek Prakoso meninggal dunia akibat sakit di Rumah Sakit Brayat Minulyo Solo, Minggu sekitar pukul 14.35 WIB.

Menurut Eko Gudel adik Mamiek, kakaknya merasakan sakit perut dan kemudian dibawa ke RS Ngawi. Karena sakitnya kambuh lagi, ia  kembali dibawa ke RS Brayat Minulyo Solo, Sabtu (2/8).

"Mamiek dua hari sebelum Lebaran sudah pulang ke Ngawi. Dia sempat dirawat di Ngawi selama dua hari dan minta pulang ingin Lebaran di rumah," katanya.

Namun, Mamiek kembali sakit dan kondisinya kritis kemudian dirujuk ke RS Brayat Minulyo Solo. Dia sempat berhenti di Rumah Sakit Mardi Lestari Sragen, sebelum dirujuk ke Solo.

Mamiek Prakoso meninggal dunia di usianya 53 tahun dan jenazahnya langsung dibawa ke rumah duka di Sidowayah, Ngawi, Jawa Timur.

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014