Jenewa (Antara Kalbar/Reuters) - Kepala Dewan Hak Asasi Manusia PBB  Senin menyatakan telah menunjuk seorang hakim asal Amerika Serikat untuk bergabung dengan tim panel yang akan menyelidiki dugaan kejahatan perang di Gaza.

Israel sendiri menyatakan bahwa panel tersebut sebagai "pengadilan kanguru" yang bias terhadap negara Yahudi.

Hakim Amerika Serikat bernama Mary McGowan akan bergabung dengan akademisi Kanada William Schabas dan mantan penyidik rasisme PBB dari Senegal, Doudou Diene, dalam "Commision of Inquiry yang dibentuk pada Juli untuk memenuhi permintaan Palestina.

Schabas akan memimpin kelompok tersebut. Dia sendiri adalah tokoh yang dibenci Israel karena merupakan pengkritik keras kebijakan dan kepemimpinan politik negara Yahudi.

Sementara itu Mary McGowan pada awalnya tidak masuk kandidat tim panel. Dia masuk setelah pengacara yang juga tunangan bintang film Goerge Clooney, Amal Alamuddin, menolak untuk bergabung.

McGowan--yang sudah 24 tahun berkarir di New York sebagai hakim Mahkamah Agung--sebelumnya juga terlibat dalam penyelidikan awal terhadap Israel. Pengangkatannya di tim panel PBB diperkirakan akan memicu kontroversi.

Dia pernah menjabat sebagai komite independen PBB yang menyelidiki temuan mengenai serangan Israel ke Gaza pada Desember 2008 sampai awal Januari 2009.

Laporan dari komite itu ditolak oleh Israel dan dikecam habis-habisan oleh Amerika Serikat karena dinilai berat sebelah.

Anggota panel yang ketiga, Doudou Diene, juga merupakan pengkritik keras kebijakan Israel terhadap warga Palestina saat dia menjabat sebagai penyidik khusus PBB mengenai rasisme pada 2002-2008 lalu.

Ketiga anggota panel itu akan menyampaikan laporan pertamanya pada Maret tahun depan. Mereka bertugas menyelidiki perilaku Israel maupun Hamas--yang menyambut baik penunjukan Schabas.

Pada bulan lalu, Schabas kepada Reuters mengatakan bahwa dia siap untuk mengesampingkan pendapatnya di masa lalu mengenai Israel dan Palestina.

Pengangkatannya sebagai ketua tim panel memicu kecaman dan kelompok pro-Israel di Amerika Serikat dan Eropa. Sementara beberapa diplomat di Jenewa yang merupakan pengkritik Israel mengatakan bahwa Schabas bukan merupakan pilihan terbaik.

Sampai pada Senin, sudah lebih dari 2.100 warga Gaza tewas akibat serangan Israel selama tujuh pekan terakhir. Sebagian besar korban adalah warga sipil termasuk 400 lebih anak-anak.

Israel beralasan Hamas dengan sengaja menyembunyikan persenjataan dan pasukannya di antara warga sipil. Negara Yahudi itu juga mengatakan bahwa 64 tentara dan empat warga sipil telah menjadi korban dalam konflik di Gaza.

(G005/GM.N.Lintang)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014