Washington (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Rabu (17/9) menyetujui rencana Presiden Barack Obama melatih dan mempersenjatai gerilyawan Suriah sebagai bagian dari upaya memerangi kelompok fanatik Negara Islam (IS).

DPR AS tersebut dengan 273 berbanding 153 suara setuju memberi Presiden Obama wewenang untuk dukungan lebih besar buat gerilyawan yang memerangi pasukan pemerintah dan kelompok fanatik itu.

Tindakan tersebut dilakukan sebagai perubahan rancangan peraturan yang akan mendanai Pemerintah Federal sampai pertengahan Desember. Senat AS dijadwalkan mempertimbangkan rencana itu pada akhir pekan ini.

Obama mengeluarkan satu pernyataan yang menyambut baik tindakan tersebut, dan mengatakan program pelatihan itu akan dilaksanakan di luar Suriah melalui kerja sama dengan negara regional, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. "Takkan ada personel militer AS di Suriah sebagai bagian dari program ini," katanya.

Ia juga mendesak Senat agar mensahkan rancangan peraturan itu "tanpa menunda-nunda".

Tindakan tersebut memungkinkan Pentagon melatih dan mempersenjatai apa yang disebut oleh Washington sebagai "gerilyawan moderat" Suriah, yang kemudin akan bertempur di lapangan sementara pesawat tempur AS melancarkan serangan udara terhadap sasaran Negara Islam di dalam wilayah Suriah --bagian dari strategi yang dibeberkan oleh Obama pada 10 September. Tujuan strategi tersebut ialah menurunkan kemampuan dan akhirnya menghancurkan kelompok fanatik itu, yang mengamuk di Suriah dan Irak.

Militer AS telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran kelompok tersebut di Irak sejak 8 Agustus dan meningkatkan operasi selama akhir pekan dengan menyerang sasaran di dekat Ibu Kota Irak, Baghdad.

Anggota DPR Jackie Speier, dari Demokrat, memberi suara menentang rencana pemberian pelatihan tersebut. "Kita mesti membuka mata cukup lebar untuk mengetahui bahwa kita diminta melakukan sesuatu yang lebih banyak hari ini ketimbang melatih sampai lima ribu petempur di Tentara Suriah Bebas," katanya. "Kita bukan menghadapi keterlibatan terbatas, tapi satu perang baru."
   
Jajak pendapat memperlihatkan rakyat Amerika Serikat mendukung serangan udara terhadap Negara Islam baik di Irak maupun di Suriah. Tapi mereka khawatir mengenai aksi buka-tutup di wilayah itu, sementara Obama mengatakan perang melawan kelompok fanatik tersebut dapat berlangsung sampai masa jabatanya sebagai Presiden AS berakhir pada Januari 2017.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang baru saja kembali dari Timur Tengah dan Paris dalam perjalanan yang dipusatkan pembangunan koalisi melawan Negara Islam, pada Rabu kembali menyatakan tak ada pasukan tempur Amerika yang akan bergabung dalam perang di Timur Tengah.

"Pasukan darat AS takkan dikirim ke ajang pertempuran dalam konflik ini," kata Kerry kepada Komite Hubungan Luar Negeri dalam satu dengar pendapat. "Malah, mereka akan mendukung pasukan Irak di lapangan saat mereka berperang demi negara mereka."

(C003/Chaidar)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014