Singkawang (Antara Kalbar) - Ruang bangsal anak di RSUD dr Abdul Azis Singkawang kini tidak mampu lagi menampung pasien sehingga pasien terpaksa dirawat di selasar ruangan tersebut.
Menurut Direktur RSUD dr Abdul Aziz Singkawang, dr Carlos Dja'afara, pasien yang ada di ruang bangsal anak rata-rata mengalami gejala DBD. .
Ia melanjutkan, ruangan yang berkapasitas 40 orang itu kini tidak mampu lagi menampung pasien sehingga ada ada yang sampai ditaruh di selasar.
Hal itu dilakukan, agar pihaknya bisa memberikan perawatan yang baik kepada pasien DBD tersebut. "Karena belum lama ini ada yang meninggal dunia karena DBD," jelas dia.
Dalam kesempatan itu, orang tua pasien DBD, bernama Giri (36), mengatakan, jika anaknya yang bernama Ade Novita Sari (9), sudah mengalami demam tinggi selama 4 hari. "Panas tingginya itu terjadi dari pukul 10.00 - 16.00 WIB. Sementara sore menjelang malam, panasnya mulai berkurang," ujar dia.
Awalnya, Giri merasa jika yang dialami Ade itu adalah demam biasa. "Lama kelamaan, kok dia tidak mau makan. Terus mengeluhkan sakit perut dan mual-mual," jelas pria yang berasal dari Sei Duri, Kabupaten Bengkayang ini.
Takut terjadi apa-apa, kemudian pada Sabtu (11/10) malam, dia pun membawa anaknya ke RSUD Abdul Aziz Singkawang dan disarankan untuk rawat inap. "Anak saya gejala DBD. Akhirnya disuruh nginap, supaya lebih mudah dalam perawatannya," kata dia.
Hal yang sama di alami Bahrun (39), warga Semelagi. Anaknya yang bernama M. Nurdin (6), sudah tiga hari ini berada di RSUD Abdul Aziz Singkawang. "Sakitnya sudah lebih dari 3 hari," kata dia.
Dari pihak RSUD juga menduga kalau anaknya mengalami gejala DBD. "Tapi trombositnya masih normal. Hanya demamnya saja yang masih panas turun," jelas dia.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, Achmad Kismed menyebutkan, dalam tahun ini, sudah tiga orang meninggal dunia dikarenakan penyakit DBD di Kota Singkawang.
Hal ini di karenakan saat dibawa ke rumah sakit penderita sudah dalam keadaan shock syndrome. "Penderita dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan Shock Syndrome. Inilah yang terkadang terjadi sehingga korban sampai meninggal" kata Kismed.
Dari Data Dinas Kesehatan Kota Singkawang, hingga 13 September sudah ada seratus kasus DBD. Diantaranya satu korban meninggal dunia yang juga dikarenakan terlambat di bawa ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
Kismed berharap, kepada para orang tua, agar selalu mewaspadai kalau ada anak mereka yang mengalami demam. "Segera bawa dan periksakan ke dokter atau puskesmas terdekat. Jangan ditunggu hingga Shock Syndrome baru dibawa ke Rumah Sakit. karena dampaknya akan berbahaya," pesan dia.
Selain itu, sebagai upaya untuk mencegah terjadinya DBD menyerang anggota keluarga. Masyarakat harus selalu memperhatikan kebersihan lingkungan agar terbebas dari nyamuk. Kemudian berantas jentik nyamuk dengan Menguras, Menutup dan Mengubur (3M).
Potensi sarang nyamuk Aedes yang merupakan penyebar virus dengue penyebab demam berdarah. Pihaknya, dalam rangka mencegah menyebarnya DBD, telah menginstruksikan puskesmas di Kota Singkawang untuk melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat. Kemudian akan dilakukan pembagian abate secara gratis pada daerah-daerah yang angka jentiknya rendah. Kemudian juga langkah fogging. Jika ada daerah dengan kasus serta memenuhi kriteria untuk dilakukan fogging.
Lakukan Fogging
Dinas Kesehatan Kota Singkawang, pada Sabtu (11/10) telah melaksanakan pengasapan atau fogging dalam rangka menekan perkembangbiakkan nyamuk penyebar virus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang Achmad Kismed mengatakan, daerah yang mendapatkan fogging diantaranya Jl Veteran, dan beberapa wilayah di Kelurahan Pasiran.
Sebelumnya beberapa wilayah telah dilakukan hal yang sama. "Ada daerah yang memang kasusnya meningkat. Sehingga langkah fogging akan kita laksanakan, termasuk di daerah yang baru-baru ini terdapat dua bocah meninggal dunia," katanya.
Bahkan untuk daerah-daerah lain, sebut Kismed, bisa saja dilakukan fogging. Hanya saja, dilihat dulu perkembangan kasus di wilayah tersebut. "Kalau daerah lain, bisa saja kita fogging. Tapi kita lihat dulu perkembangan kasus yang terjadi," katanya.
Selain pelaksanaan fogging, sebutnya, Dinas Kesehatan Kota Singkawang juga membagi-bagikan bubuk abate, yang bisa digunakan warga untuk membasmi jentik nyamuk.
"Dalam pelaksanaan fogging, kita sekaligus membagikan bubuk abate," katanya.
Kasus DBD, sebut Kismed, di Singkawang terus mengalami peningkatan meski tidak signifikan. Hanya saja langkah-langkah antisipasi akan terus dilakukan sebagai upaya pencegahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Menurut Direktur RSUD dr Abdul Aziz Singkawang, dr Carlos Dja'afara, pasien yang ada di ruang bangsal anak rata-rata mengalami gejala DBD. .
Ia melanjutkan, ruangan yang berkapasitas 40 orang itu kini tidak mampu lagi menampung pasien sehingga ada ada yang sampai ditaruh di selasar.
Hal itu dilakukan, agar pihaknya bisa memberikan perawatan yang baik kepada pasien DBD tersebut. "Karena belum lama ini ada yang meninggal dunia karena DBD," jelas dia.
Dalam kesempatan itu, orang tua pasien DBD, bernama Giri (36), mengatakan, jika anaknya yang bernama Ade Novita Sari (9), sudah mengalami demam tinggi selama 4 hari. "Panas tingginya itu terjadi dari pukul 10.00 - 16.00 WIB. Sementara sore menjelang malam, panasnya mulai berkurang," ujar dia.
Awalnya, Giri merasa jika yang dialami Ade itu adalah demam biasa. "Lama kelamaan, kok dia tidak mau makan. Terus mengeluhkan sakit perut dan mual-mual," jelas pria yang berasal dari Sei Duri, Kabupaten Bengkayang ini.
Takut terjadi apa-apa, kemudian pada Sabtu (11/10) malam, dia pun membawa anaknya ke RSUD Abdul Aziz Singkawang dan disarankan untuk rawat inap. "Anak saya gejala DBD. Akhirnya disuruh nginap, supaya lebih mudah dalam perawatannya," kata dia.
Hal yang sama di alami Bahrun (39), warga Semelagi. Anaknya yang bernama M. Nurdin (6), sudah tiga hari ini berada di RSUD Abdul Aziz Singkawang. "Sakitnya sudah lebih dari 3 hari," kata dia.
Dari pihak RSUD juga menduga kalau anaknya mengalami gejala DBD. "Tapi trombositnya masih normal. Hanya demamnya saja yang masih panas turun," jelas dia.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, Achmad Kismed menyebutkan, dalam tahun ini, sudah tiga orang meninggal dunia dikarenakan penyakit DBD di Kota Singkawang.
Hal ini di karenakan saat dibawa ke rumah sakit penderita sudah dalam keadaan shock syndrome. "Penderita dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan Shock Syndrome. Inilah yang terkadang terjadi sehingga korban sampai meninggal" kata Kismed.
Dari Data Dinas Kesehatan Kota Singkawang, hingga 13 September sudah ada seratus kasus DBD. Diantaranya satu korban meninggal dunia yang juga dikarenakan terlambat di bawa ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
Kismed berharap, kepada para orang tua, agar selalu mewaspadai kalau ada anak mereka yang mengalami demam. "Segera bawa dan periksakan ke dokter atau puskesmas terdekat. Jangan ditunggu hingga Shock Syndrome baru dibawa ke Rumah Sakit. karena dampaknya akan berbahaya," pesan dia.
Selain itu, sebagai upaya untuk mencegah terjadinya DBD menyerang anggota keluarga. Masyarakat harus selalu memperhatikan kebersihan lingkungan agar terbebas dari nyamuk. Kemudian berantas jentik nyamuk dengan Menguras, Menutup dan Mengubur (3M).
Potensi sarang nyamuk Aedes yang merupakan penyebar virus dengue penyebab demam berdarah. Pihaknya, dalam rangka mencegah menyebarnya DBD, telah menginstruksikan puskesmas di Kota Singkawang untuk melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat. Kemudian akan dilakukan pembagian abate secara gratis pada daerah-daerah yang angka jentiknya rendah. Kemudian juga langkah fogging. Jika ada daerah dengan kasus serta memenuhi kriteria untuk dilakukan fogging.
Lakukan Fogging
Dinas Kesehatan Kota Singkawang, pada Sabtu (11/10) telah melaksanakan pengasapan atau fogging dalam rangka menekan perkembangbiakkan nyamuk penyebar virus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang Achmad Kismed mengatakan, daerah yang mendapatkan fogging diantaranya Jl Veteran, dan beberapa wilayah di Kelurahan Pasiran.
Sebelumnya beberapa wilayah telah dilakukan hal yang sama. "Ada daerah yang memang kasusnya meningkat. Sehingga langkah fogging akan kita laksanakan, termasuk di daerah yang baru-baru ini terdapat dua bocah meninggal dunia," katanya.
Bahkan untuk daerah-daerah lain, sebut Kismed, bisa saja dilakukan fogging. Hanya saja, dilihat dulu perkembangan kasus di wilayah tersebut. "Kalau daerah lain, bisa saja kita fogging. Tapi kita lihat dulu perkembangan kasus yang terjadi," katanya.
Selain pelaksanaan fogging, sebutnya, Dinas Kesehatan Kota Singkawang juga membagi-bagikan bubuk abate, yang bisa digunakan warga untuk membasmi jentik nyamuk.
"Dalam pelaksanaan fogging, kita sekaligus membagikan bubuk abate," katanya.
Kasus DBD, sebut Kismed, di Singkawang terus mengalami peningkatan meski tidak signifikan. Hanya saja langkah-langkah antisipasi akan terus dilakukan sebagai upaya pencegahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014