Kapuas Hulu (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar), menyatakan dua orang meninggal akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) dari 132 kasus DBD yang terjadi sejak Januari hingga awal Juli 2024 di daerah tersebut.
"Perlu upaya bersama masyarakat untuk mengantisipasi DBD, terutama membasmi sarang dan jentik nyamuk yang berada di lingkungan tempat tinggal penduduk, baik yang dilakukan secara masal maupun secara individu oleh masyarakat itu sendiri," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kapuas Hulu Kastono kepada ANTARA di Putussibau, Kapuas Hulu, Minggu.
Berdasarkan laporan per 4 Juli 2024 dari 23 puskesmas di wilayah Kapuas Hulu, kata dia, hanya di Kecamatan Puring Kencana yang tidak ditemukan kasus DBD. Sedangkan untuk 22 kecamatan tercatat 132 kasus DBD dan dua diantaranya penderita DBD di Kecamatan Silat Hilir dan Embaloh Hilir meninggal dunia.
Kastono menjelaskan kasus DBD melonjak pada Januari hingga Februari 2024 dan sampai awal Juli 204 kasus DBD mengalami penurunan.
"Dua kasus kematian akibat DBD itu terjadi pada Februari 2024, kita berharap tidak ada lagi kasus kematian karena DBD," katanya.
Meskipun demikian, lanjutnya, upaya penanganan dan antisipasi terhadap sebaran DBD terus dilakukan dengan harapan masyarakat juga berperan aktif dengan meningkatkan kesadaran untuk kepedulian terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Kastono mengatakan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M plus yang cukup efektif dalam upaya pencegahan penyakit DBD.
"Kami minta masyarakat turut serta melakukan pencegahan DBD dengan cara 3M plus, karena cara itu kami anggap cukup efektif, termasuk di lingkungan sekolah," kata Kastono.
Untuk diketahui, Gerakan 3M plus merupakan upaya pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras dan menutup tempat penampungan air serta mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus DBD pada manusia.