Ngabang (Antara Kalbar) - Bayi kembar siam dempet pinggang asal Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Sasa dan Sese berhasil dipisahkan melalui operasi yang dilakukan tim dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, 13 Oktober 2014.

Kedua anak pasangan Petrus dan Yesni warga Anyang Desa Amboyo Utara, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, akhirnya berhasil dipisahkan dalam operasi yang dilakukan 100 dokter.

Kepala Dinas Kesehatan Landak, Magdalena Nurainy Sijintak di Ngabang, Jumat, mengatakan, sangat bersyukur dengar kabar baik tersebut, karena selama ini pihaknya sering mengurus ditolak pihak rumah sakit karena Sasa dan Sese usianya masih sangat muda.

Menurut dia, Pemkab Landak terus memperjuangkan dalam operasi bahkan sampai ada niat akan dibawa ke Rumah Sakit Singapura. Tetapi, karena tidak ada jawaban, sehingga di RSCM dapat menangani dan akhirnya di usia empat tahun, Sasa dan Sese berhasil di operasi dengan selamat.

"Operasi berjalan lancar dengan diturunkan dokter Indonesia 100 orang. Operasi dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 24.00 WIB. Bahkan dokter sampai empat shift berganti dalam menjalankan operasi itu," kata Magdalena.

Sasa dan Sese merupakan anak pertama dari Petrus dan Yesni. Mereka lahir pada bulan Juli 2010 di salah satu rumah sakit di Kalbar. Sejak kecil diperhatikan semua pihak khususnya Pemkab Landak untuk operasi. Karena kondisi pasien masih terlalu kecil.

"Orang tua dan kami sudah pasrah, agar tetap di operasi karena mengenai hidup dan mati kami serahkan kepada Tuhan. Kami selalu berdoa, dan akhirnya bisa dioperasi dengan selamat," kata Kadis Kesehatan Landak.

Sasa dan Sese juga diwajibkan berpuasa sebelum operasi. Bahkan usai operasi Sese badannya demam sehingga psikologi terganggu. Sehingga perlu perawatan intensif.

"Ini berkat Tuhan. Karena selama ini diprediksi pasien akan meninggal dunia jika dipisahkan," katanya lagi.

Magdalena menambahkan, biaya operasi dan pengobatan Sasa dan Sese ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Pemkab Landak. Karena menelan anggaran mencapai ratusan juta rupiah.

"Ini kami jadikan pengalaman dan evaluasi. Jika ada kasus yang sama tidak harus ke rumah sakit di luar negeri. Karena di dalam negeri seperti RSCM Jakarta memiliki dokter handal. Hanya kita bersabar saja," katanya.

(Kun/F003)

Pewarta: Kundori

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014