Jakarta (Antara Kalbar) - Kurangnya bacaan berkualitas untuk anak memicu kehadiran majalah digital DiariesKidz yang  menyediakan bacaan informatif, mendidik dan menghibur, kata redaksi DiariesKidz Lidya Dida pada Antara di Jakarta, Minggu.

"Kelihatannya media anak-anak mulai ditinggalkan, dulu ada banyak majalah saat generasi 1990an. Sekarang anak-anak lebih suka main hape tanpa didukung materi yang sesuai, apalagi dalam pendidikan agama," kata Lidya.

Dia mengatakan industri media hanya menganggap anak-anak dengan sebelah mata karena hanya sedikit media yang benar-benar menyasar segmen anak.

"Kebanyakan merupakan majalah 'parenting' ataupun majalah untuk remaja yang dianggap lebih menjanjikan," lanjut dia dengan menambahkan bahwa DiariesKidz menyasar segmen anak usia 6-8 tahun.

Kurangnya bacaan membuat anak beralih ke perangkat digital dalam mencari hiburan, misalnya bermain game.

Dekatnya generasi muda dengan teknologi dianggap sebagai peluang oleh DiariesKidz yang mengusung format digital.

Pendiri DiariesKidz, Agus Sasongko mengatakanbahwa majalah ini tidak hanya menyajikan konten agama, melainkan juga hiburan seperti game dan komik.

Setiap edisi mengusung tema besar yang menjadi benang merah dari isi majalah, misalnya tema makan yang mewarnai tiap konten, mulai dari doa sebelum dan sesudah makan hingga adab-adab makan.

Majalah DiariesKidz didistribusikan secara digital melalui aplikasi Scoop serta website islamdiaries.net/diarieskidz.

Lidya menambahkan edisi perdana DiariesKidz telah dibaca oleh lebih dari 1.500 orang.

"Saat ini DiariesKidz sedang running untuk edisi kedua," tukas dia. 

(SDP-85/M. Dian) 

Pewarta: Nanien Yuniar

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014