Jakarta (ANTARA) - Siapa sangka, sepatu kulit dengan desain kekinian, lahir dari gang perumahan kecil di timur Jakarta.
Sedari pagi, para pekerja sudah mulai mengukur pola, memotong bahan kulit, melakukan pemasangan sol luar, hingga melakukan pengemasan.
Mereka juga jadi garda terdepan, saat pelanggan datang untuk menjajal langsung.
Sesekali, satu-dua kurir memarkir motor di halaman, mengambil pesanan yang perlu dikirim hari itu juga
Pabrik dari jenama sepatu kulit Flavio & Boston itu sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Di tengah gempuran sepatu impor dan pabrikan, pabrik rumahan itu tetap bertahan.
Pemiliknya, Rully, menjadi pewaris Flavio & Boston dari ayahnya, yang dulu merupakan pengrajin kulit.
Rully mempertahankan pembuatan secara manual, karena ia meyakini, sepatu kulit akan nyaman dikenakan, jika dibuat langsung oleh tangan dengan melibatkan sentuhan hati.
Dari Medan, Sumatera Utara, mereka sempat pindah ke Bandung, Jawa Barat, sebelum akhirnya bermukim di Jakarta.
Sejak pelanggan berbondong-bondong memindahkan transaksi pembelian ke platform dagang daring, ia memfokuskan penjualan secara online.
Namun, di lantai dua pabriknya, toko kecil dibuka untuk siapa saja yang ingin datang langsung mencoba sepatunya.
Di sana, sepatu kulit dengan beragam model, ukuran, dan warna, dipajang berjajar. Rully akan melayani calon pembelinya secata langsung, hingga mereka menemukan model dan ukuran yang diinginkan.
Kalau pelanggan belum kunjung mendapatkan sepatu yang jadi tambatan hari, dan punya permintaan khusus, Rully mempersilakan mereka melakukan pre-order.
Sepatu baru akan dibuat setelahnya, sesuai dengan pesanan yang diinginkan pelanggan. Biasanya pengerjaannya selesai dalam.beberapa hari.
Pelayanan serupa juga diberikan Rully kepada pelanggan-pelanggan yang melakukan pembelian secara online dengan cara yang sama.
Setiap hari, ia bakal menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka melalui chat, terutama di jam-jam operasional. Beragam desain, model, warna, dan ukuran sepatu kulit permintaan pelanggan, siap disediakan Rully.
Menyesuaikan kebutuhan pelanggan
Sampai saat inj, Flavio & Boston sudah memiliki sekitar 80 desain sepatu kulit.
Beragam dibuat Rully untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar.
Ini juga menjadi salah satu keunggulan jenama Flavio & Boston dibandingkan jenama sepatu kulit impor dan lokal lain.
"Biasanya kan sepatu kulit itu identik dengan desain formal. Namun kami berusaha untuk mengakomodasi kebutuhan anak-anak muda, yang biasanya suka sepatu kulit yang bisa digunakan untuk kegiatan formal dan informal, " katanya.
Salah satu sepatu terlaris Flavio & Boston ialah sepatu yang mengadopsi desain sepatu kets, dengan garis di sisi luar sepatu.
Pelanggan muda menyukai desain ini, karena dapat digunakan tak hanya untuk acara formal, tapi juga untuk berkumpul dan bermain bersama teman-teman.
Tak semua model dan desain dipasarkan dalam waktu yang sama. Pasalnya, desain atau model sepatu yang disukai pelanggan biasanya mengalami pergeseran dari waktu ke waktu.
Rully mencontohkan, sepatu kulit ala Aladin, dengan ujung yang lancip ke atas, menjadi favorit pada masanya.
Kemudian, sepatu kulit yang populer bergeser ke sepatu-sepatu berbentuk boots.
Kini, sepatu kulit yang berbentuk menyerupai sepatu kets lah yang menjadi unggulan.
Meskipun tak lagi menjual sepatu-sepatu dengan desain yang tidak populer, Rully tidak lantas menghapusnya sama sekali dari daftar. Ia hanya tidak memproduksi dan menjualnya lagi.
Apabila pelanggan memiliki permintaan sepatu kulit dengan desain khusus, Rully juga bersedia membuatnya, dan menyarankan mereka melakukan pre-order.
Ia juga bersedia meladeni pertanyaan-pertanyaan pelanggan terkait sepatu kulit yang paling cocok untuk mereka, hingga cara merawatnya.
Rully pun kerap memberikan bonus semir khusus sepatu kulit, bagi para pelanggannya.
Dengan pelayanan istimewa itu, Rully bisa terus mempertahankan Flavio & Boston. Dalam sebulan, pabrik rumahannya bisa memproduksi hingga seribu sepatu. Omzet yang didapatkan Rully pun bisa mencapai Rp100 juta.
Biasanya penjualan sepatu kulitnya akan mengalami peningkatan di hari raya seperti Idul Fitri serta Natal dan Tahun Baru.
"Mungkin di waktu itu pelanggan punya lebih banyak uang karena baru saja mendapatkan tunjangan hari raya, yang bisa digunakan untuk membeli produk-produk yang akan dikenakan di perayaan-perayaan itu. Jadi penjualan biasanya meningkat,” kata Rully.
Membidik naik kelas
Perjalanan Flavio & Boston tak selalu mulus. Saat penjualan masih dilakukan secara langsung kepada pelanggan dan distributor, Rully sempat berhenti berproduksi lantaran kesulitan bersaing dengan produsen sepatu kulit lain yang lebih besar.
Dengan kehadiran platform perdagangan dalam jaringan, Rully mulai menjual sepatu kulitnya secara online dengan lebih serius.
Ia bahkan meminta fotografer profesional untuk memotret sepatu-sepatunya agar menarik saat tampil di layar kaca.
Untuk mengembangkan usahanya, Rully kerap mengikuti berbagai kegiatan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diselenggarakan pemerintah.
Di sana ia mendapatkan wadah untuk mempromosikan dan menjual sepatunya, sekaligus berjejaring dengan pengusaha lokal lain maupun calon investor.
Ke depan, Rully berharap mendapatkan suntikan dana, baik dari investor dalam maupun luar negeri.
Dengan demikian, ia berharap sepatunya, yang telah terjual ke beberapa negara di Asia, dapat menarik lebih banyak peminat di seluruh Indonesia dan hingga mancanegara. Apalagi, ia juga ingin membuka toko fisik yang lebih besar ke depannya.
Dengan cara itu, ia yakin sepatu dan jenama yang dirintis ayahnya, tak lekang oleh zaman.
Adapun, sejumlah kebijakan untuk membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) naik kelas telah ditelurkan oleh pemerintah, salah satunya Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berbunga rendah.
Hingga 23 Desember 2024, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, realisasi penyaluran KUR sudah mencapai Rp280,28 triliun atau sebesar 100,10 persen dari target Rp280 triliun.
Untuk 2025, pemerintah menargetkan penyaluran KUR dapat meningkat menjadi Rp300 triliun.