Ketapang (Antara Kalabar) - Berawal hanya hobi memakai asesoris cincin batu hias, kemudian menjadi ladang bisnis. Inilah yang dialami Hendra (40), warga Dusun Sibalakan, Kecamatan Singkup, Kabupaten Ketapang.

Sejak tahun 2011Hendra mampu bertahan dan tegar melakoni lika-liku bisnis bahan baku batu perhiasan kecubung. “Awalnya kami gemar mengoleksi batu-batu indah dan modis, menghiasi jari-jari tangan agar pantas dipandang orang. Tapi seiring berjalannya waktu, kini menjadi penjual,” kata Hendra , di sela-sela melayani pembeli di salah satu rumah rekan bisnisnya.

Menurut dia, hampir 500 kilo bahan baku batu yang dijajakannya itu berupa jenis batu kecubung yang saat ini diminati para penggemar perhiasan di kota Ketapang. Harganya pun relatif murah,  bervariatif mulai dari Rp 300 ribu- Rp400 ribu per kilo.

Saat ini bahan batu mentah yang banyak diminati dan diburu para kolektor adalah jenis batu kecubung ungu, biru laut dan kecubung bulu merah, yang harganya mencapai puluhan juta rupiah.

Dalam sehari, para penambang bahan baku batu kecubung, mulai bekerja dari jam 07:00  WIB hingga jam 17:00 WIB bisa mendapat 3-4 kilo bahan batu kecubung dengan berbagai warna, seperti ungu, putih, kuning dan warna teh. Untuk bisa mengumpulkan hingga kurang lebih 500 kilogram, hendra menyimpan bahan baku tersebut selama 6 bulan.

Diakuinya, berbisnis batu cincin itu sangat menjanjikan. Segi pemasarannya pun tak sulit. Namun Hendra mengaku terkendala bahan baku kecubung dengan warna-warna kecubung yang diinginkannya.

Sekarang, lanjut dia, jenis batu kecubung merah, biru laut dan kuning madu sangat langka. Penyebabnya mulai maraknya masyarakat yang mulai menggalian khusus untuk mendapatkan batu warna tersebut, sehingga bahan-bahan batu yang berkuliatas sanggat tinggi harga jualnya.

Pewarta: John

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015