Pontianak (Antara Kalbar) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan Kalimantan Barat, Abdul Rahmi, menyatakan prihatin dengan kondisi pemuda bangsa saat ini yang cenderung terbawa arus budaya barat dan kurang percaya diri dengan budaya bangsa sendiri.

"Kami prihatin dengan kondisi pemuda hari ini, mereka cenderung terbawa arus budaya barat dan kurang percaya diri dengan budaya bangsanya sendiri. Indikasi ketidakpahaman pemuda terhadap empat pilar kebangsaan ini adalah dapat kita lihat dari mudahnya mereka meniru kebudayaan yang masuk ke negara kita dari luar," kata Abdul Rahmi dalam siaran pers yang diterima Antara di Pontianak, Senin.

Karena itu, ia menambahkan, aparatur negara termasuk dirinya kini melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan. Anggota DPD RI dari dapil Kalbar itu pada Minggu (15/2) melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan di aula Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalbar bersama Lembaga Lingkar Siswa Khatulistiwa Pontianak dihadiri sekitar 100 pemuda dan pelajar.

"Sosialisasi empat pilar kebangsaan kami lakukan atas dasar keprihatinan kami sebagai aparatur negara terhadap kondisi pemuda bangsa yang ada sekarang. Urgensi membentengi pemuda dengan cara sosialisasi empat pilar kebangsaan akan memperkokoh jati diri penerus bangsa," kata dia lagi.

Menurut mantan anggota DPRD Kalbar tersebut, Pancasila merupakan ideologi bangsa yang harus tertanam dan menjadi pemahaman yang mendarah daging di setiap generasi penerus bangsa. Sedangkan UUD 1945 tentu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua elemen yang menjadi perangkat negara dari yang terkecil yaitu rakyat hingga aparatur negara seperti pejabat tanpa terkecuali.

Begitu pula dengan kesatuan bangsa melalui kebhinnekaannya tentu harus menjadi karakter yang tertanam kuat terutama di kalangan pemuda. Hal inilah yang menjadi alasan para senator di Senayan untuk menyosialisasikan empat pilar kebangsaan.

Menurut dia, kondisi pemuda hari ini, mereka cenderung terbawa arus budaya barat dan kurang percaya diri dengan budaya bangsanya sendiri. Indikasi ketidakpahaman pemuda terhadap empat pilar kebangsaan dapat dilihat dari mudahnya mereka meniru kebudayaan luar yang masuk ke negara.

Dia menambahkan, kondisi geografis Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan negara luar yaitu Malaysia menjadi tantangan tersendiri. Lajunya arus pertukaran barang, jasa dan informasi sudah menjadi hal yang tak dapat terelakkan.

"Sebagai daerah yang berbatasan langsung memang itu yang menjadi tugas kita untuk menjaga agar bangsa ini tetap pada koridornya," katanya.

Sementara berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN, anggota DPD RI itu mengatakan, meski secara langsung tidak terlalu terkait dengan alasan diadakannya agenda sosialisasi empat pilar kebangsaan, namun tentu patut dipersiapkan bangsa ini untuk dapat menghadapi tantangan global tersebut.

Karena menurut dia, apabila masyarakat tidak siap dengan hadirnya era pasar global (MEA) sudah tentu menjadi ancaman tersendiri bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan bisa jadi masyarakat lebih memilih barang dari luar negeri ketimbang barang hasil produksi dalam negeri.

"Ini sebenarnya adalah masalah mental masyarakat, apakah masyarakat lebih peduli dengan ego mereka ketimbang dengan sebuah kepentingan yang jauh lebih besar yaitu kepentingan bangsanya. Nah disitulah kembali lagi esensi dari sosialisasi empat pilar kebangsaan ini harus dilakukan," kata dia. 

(N005/I006)

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015